JAKARTA, investor.id- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indonesia mengalami deflasi bulanan sebesar 0,08% pada Agustus 2025. Menurut BPS, penyebab utama deflasi ini adalah penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,29% (dengan andil sebesar 0,08%).
Secara historis, kelompok ini memang selalu menjadi kontributor deflasi utama di bulan Agustus selama beberapa tahun terakhir. Tingkat deflasi Agustus 2025 adalah sebesar 0,08%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 dan 2024.
"Komoditas penyumbang utama andil deflasi dari kelompok ini adalah komoditas tomat dan cabai rawit, dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,1% dan 0,7%," ucap Pudji dalam konferensi pers secara virtual pada Senin (1/9/2025).
Secara rinci, BPS membagi faktor-faktor pendorong deflasi dan inflasi ke dalam tiga komponen. Pertama , Komponen Harga Bergejolak ( Volatile Prices ) mengalami deflasi signifikan sebesar 0,61% dengan andil 0,1% terhadap deflasi nasional. Komoditas yang dominan adalah tomat, cabai rawit, dan bawang putih. Namun, beberapa komoditas seperti bawang merah dan beras masih mengalami inflasi.
"Secara historis, setiap bulan Agustus, komoditas bawang merah mengalami deflasi kecuali pada Agustus 2025 yang mengalami inflasi sebesar 7,59% dengan andil inflasi sebesar 0,05%," tutur dia,
Kedua , komponen Harga Diatur Pemerintah ( Administered Prices ) mengalami deflasi sebesar 0,08% (dengan andil -0,02%), terutama didorong oleh penurunan harga tarif angkutan udara dan bensin.
Ketiga , Komponen Inti ( Core Inflation ). Meskipun terjadi deflasi secara umum, komponen ini masih mengalami inflasi tipis sebesar 0,06% (dengan andil 0,04%). Hal tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan biaya uang kuliah di akademi/perguruan tinggi, harga emas perhiasan, dan biaya SD.
Sementara secara spasial, 27 provinsi di Indonesia mengalami deflasi pada Agustus, sementara 11 provinsi lainnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi tercatat di Provinsi Sumatra Utara (1,37%), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Provinsi Maluku Utara (1,9%).
Secara tahunan, Indonesia masih mengalami inflasi 2,31% year on year (yoy). Sedangkan di sepanjang tahun berjalan (Januari-Agustus) tercatat inflasi 1,60% year to date (ytd).
Sumber : investor.id
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()