- Emas global tembus USD 3.470/ons, tapi Antam 1 gr justru turun Rp2.000.
- Saham ANTM rally 5,6%, di tengah IHSG yang terkoreksi akibat aksi demo nasional.
- Isu fiskal dan tekanan politik jadi ujian, pasar tunggu konfirmasi arah The Fed.
Harga emas batangan Antam 1 gram pada perdagangan terakhir tercatat di Rp 1.978.000, melemah Rp 2.000 dibandingkan posisi Sabtu lalu di Rp 1.980.000. Meski sepanjang Agustus sempat menyentuh terendah di Rp 1.890.000, kini telah merangkak naik sekitar 4,66%. Penurunan tipis ini terjadi di tengah gejolak sosial yang membayangi kepercayaan investor, termasuk demonstrasi di dalam negeri yang menyalakan ulang kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi jangka pendek.
Dalam situasi pasar yang cukup fluktuatif, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) justru mencatat kinerja mengesankan. Setelah dibuka di Rp 2.950, harga sempat menyentuh level terendah harian di level yang sama, namun berhasil melonjak hingga Rp 3.280. Saham bergerak di Rp 3.210 di pertengahan sesi II, mencatat penguatan Rp 170 atau +5,6% dari penutupan sebelumnya di Rp 3.040. Lonjakan ini didorong oleh sentimen positif terhadap komoditas emas dan momentum teknis yang kembali mendukung minat beli.
Di pasar internasional, harga emas dunia pada perdagangan Senin bergerak menguat di USD3.476,89 per ons, naik 0,85% dan berhasil menembus resistance penting di area USD 3.400. Tren kenaikan ini ditandai oleh beberapa candle bullish sejak 10 hari terakhir di Agustus, yang mencerminkan akselerasi minat beli global di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Pergerakan ini menjadi katalis positif bagi harga saham ANTM, namun belum cukup untuk menahan penurunan harga emas fisik dalam negeri yang terhambat oleh ketegangan domestik.
Sentimen Sosial Meningkat, Fondasi Domestik Diuji meski Data Makro Stabil
Situasi domestik memburuk menyusul gelombang demonstrasi yang meluas hingga ke kediaman pejabat negara. Dalam konferensi pers, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan duka atas korban demo dan menegaskan bahwa fundamental ekonomi tetap kuat, dengan pertumbuhan kuartal II-2025 mencapai 5,12%, serta PMI manufaktur yang kembali ekspansif di 51,5. Ia juga memastikan bahwa gejolak ini bersifat jangka pendek dan tidak mengganggu arah kebijakan nasional.
Neraca perdagangan Juli mencatat surplus sebesar USD 4,18 miliar, sedikit lebih tinggi dari bulan sebelumnya (USD 4,11 miliar), namun Perincian komponennya menunjukkan perlambatan: ekspor tumbuh 9,86% YoY, melambat dari bulan sebelumnya, sementara impor justru terkontraksi tajam -5,86%, mengindikasikan tekanan dari sisi permintaan domestik maupun aktivitas investasi.
Dari sisi harga, tren perlambatan inflasi semakin nyata. IHK utama turun ke 2,31%, inflasi inti menyusut ke 2,17%, dan secara bulanan tercatat deflasi -0,08%, jauh lebih lemah dari ekspektasi sebelumnya. Pola ini menyiratkan berkurangnya tekanan harga dari sisi konsumen, sekaligus menggarisbawahi lemahnya daya beli meski tekanan biaya input mereda. Di tengah gejolak sosial-politik yang meningkat, hasil ini menjadi pengingat bahwa fondasi konsumsi rumah tangga masih rapuh dan butuh dukungan fiskal yang lebih terarah.
Keresahan Politik Meningkat, Emas Lokal Berpeluang Naik
Pertemuan Presiden Prabowo dengan pimpinan parpol dan lembaga negara dinilai positif karena menyatukan semua kekuatan politik, termasuk PDIP. Pemerintah dan DPR menyepakati pemangkasan tunjangan DPR, pembatasan kunjungan luar negeri, serta membuka ruang aspirasi publik. Namun, pengamat Burhanuddin Muhtadi menilai langkah ini belum cukup tanpa arah fiskal yang lebih pro-rakyat, terutama di tengah tekanan daya beli dan gelombang PHK.
Keresahan publik atas ketimpangan – rakyat diminta efisien, elit justru mendapat kenaikan fasilitas – memicu aksi massa hingga ke rumah pejabat seperti Menkeu Sri Mulyani. Isu pengunduran dirinya dinilai berisiko mengguncang kredibilitas fiskal. Langkah Prabowo membatalkan kunjungan ke Tiongkok dan menegur anggota DPR yang gaduh dipuji, namun Burhanuddin mengingatkan agar istilah “makar” tidak dijadikan dalih tindakan represif.
Dalam ketidakpastian seperti ini, harga emas batangan lokal berpotensi menguat seiring meningkatnya permintaan aset lindung nilai dan kekhawatiran terhadap arah fiskal nasional.
The Fed di Persimpangan: Data Kuat, Tekanan Politik Naik, Powell Tetap Waspada
Dari sisi eksternal, Indeks Dolar AS (DXY) bertahan di 97,62 di sesi Eropa, menunggu arah baru setelah koreksi empat hari sebelumnya. Data PCE AS bulan Juli menunjukkan inflasi utama stabil di 2,6% YoY, dan inflasi inti naik ke 2,9% dari 2,8%, sejalan ekspektasi. Data utama naik secara bulanan ke 0,2% dan inti 0,3%, memperlihatkan tekanan harga yang terjaga namun belum mereda sepenuhnya.
Nada dovish mencuat dari sejumlah pejabat The Fed. Gubernur Christopher Waller menyatakan dukungan terbuka untuk pemangkasan suku bunga pada pertemuan September, bahkan membuka ruang pelonggaran tambahan dalam 3-6 bulan ke depan. Mary Daly, Presiden The Fed San Francisco, menilai tekanan inflasi akibat tarif bersifat sementara dan kebijakan dapat disesuaikan lebih cepat jika diperlukan.
Sementara itu, tekanan politik turut memperkeruh arah kebijakan. Presiden Donald Trump memecat Gubernur The Fed Lisa Cook, memperkuat spekulasi tekanan terhadap bank sentral untuk segera memangkas suku bunga. Dalam waktu bersamaan, Pengadilan Banding Federal AS menyatakan bahwa tarif luas era Trump melanggar hukum. Di tengah semua itu, Jerome Powell tetap bersikap hati-hati, menegaskan bahwa arah kebijakan tidak akan diubah hanya berdasarkan asumsi – menandakan ruang manuver tetap terbuka dua arah.
Analis Senior FXStreet Yohay Elam mencatat bahwa sinyal awal menuju laporan ketenagakerjaan AS hari Jumat mulai terlihat dari kinerja sektor manufaktur. Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) versi ISM turun menjadi 48 pada Juli – semakin menjauh dari ambang batas 50 yang menandai ekspansi. Meskipun ada ekspektasi pemulihan moderat, proyeksinya masih mengindikasikan sektor manufaktur akan tetap berada di zona kontraksi, memperkuat kekhawatiran pasar atas melambatnya dinamika ketenagakerjaan menjelang rilis Nonfarm Payrolls.
Prospek Harga Emas (XAU/USD)

Harga emas dunia (XAU/USD) masih melanjutkan penguatan dalam perdagangan harian dan terakhir diperdagangkan di sekitar level USD3.476,89, naik 0,85% atau +29,16 poin. Pergerakan ini menandai rally selama lima sesi berturut-turut dan mengindikasikan terkonfirmasinya breakout dari zona konsolidasi sebelumnya. Harga kini mendekati area resistance psikologis di kisaran USD3.500, yang dapat menjadi ujian penting bagi keberlanjutan tren naik.
Secara teknis posisi harga saat ini berada jauh di atas Exponential Moving Average (EMA) 50 berada di USD3.353,90 dan EMA 200 di USD3.107,23, memperkuat kecenderungan bullish jangka menengah. Indikator Relative Strength Index (RSI) 14 tercatat di 69,17, mendekati ambang jenuh beli (overbought) namun belum menunjukkan sinyal pembalikan. Jika tekanan beli terus berlanjut dan mampu menembus level USD3.500, potensi kenaikan lanjutan terbuka hingga zona yang belum terpetakan di USD3.550-3.580. Sebaliknya, koreksi jangka pendek bisa muncul jika pasar gagal menjaga momentum, dengan area EMA50 menjadi support penting.
Kombinasi antara ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, stabilnya inflasi PCE, dan sentimen safe haven di tengah ketidakpastian politik global memberi fondasi bagi kekuatan tren naik ini.
作者:Tim FXStreet,文章来源FXStreet_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
加载失败()