- Rupiah menguat tipis 4 poin (0,03%) ke Rp16.414 per dolar AS, meski indeks dolar naik akibat ketidakpastian tarif perdagangan Trump; pasar menanti keputusan The Fed dengan peluang 85% pemangkasan bunga September 2025.
- Sentimen global tertekan oleh rencana banding tarif Trump ke Mahkamah Agung serta visi Tiongkok membangun tatanan global baru bersama Rusia dan India, yang menantang dominasi AS.
- Dari domestik, neraca perdagangan Juli 2025 surplus USD4,17 miliar, ditopang ekspor nonmigas (USD23,81 miliar), meski defisit migas melebar jadi USD1,58 miliar.
Ipotnews - Nilai tukar rupiah menguat tipis di tengah kenaikan indeks dolar Amerika Serikat, karena besarnya peluang pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve September 2025.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (2/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.414 per dolar AS, menguat 4 poin, atau 0,03% dibandingkan penutupan Senin sore (1/9) di level Rp16.418 per dolar AS.
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menuturkan bahwa rupiah masih cenderung tertahan oleh menguatnya indeks dolar AS. "Indeks dolar terdorong naik karena meningkatnya ketidakpastian atas tarif perdagangan Trump, setelah pengadilan banding memutuskan pekan lalu bahwa tarif tersebut ilegal," kata Ibrahim dalam siaran pers, sore ini.
Meski begitu, pengadilan mengizinkan tarif tersebut tetap berlaku hingga pertengahan Oktober. Presiden AS menentang keputusan itu dan berencana mengajukan banding ke Mahkamah Agung. Ketidakpastian ini menimbulkan potensi guncangan bagi perdagangan global, mengingat sebagian besar tarif Trump mulai berlaku sejak Agustus.
Di sisi lain, ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve juga memengaruhi arah rupiah. Data CME Fedwatch menunjukkan pasar memperkirakan peluang hampir 85% bagi The Fed memangkas bunga sebesar 25 basis poin pada September. Padahal, data inflasi PCE bulan Juli masih menunjukkan tren kenaikan di atas target 2% The Fed.
Ibrahim menambahkan, ketegangan geopolitik juga ikut memengaruhi sentimen. Presiden Tiongkok Xi Jinping baru saja menekankan visinya soal tatanan global baru yang memprioritaskan Global Selatan dalam pertemuan puncak bersama pemimpin Rusia dan India. "Ini merupakan tantangan langsung terhadap dominasi AS," jelasnya.
Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari kinerja perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2025 mencapai USD4,17 miliar, meningkat tipis dibandingkan surplus Juni 2025 sebesar USD4,10 miliar. Bank Indonesia (BI) menilai surplus ini menjadi penopang ketahanan eksternal ekonomi nasional.
Surplus tersebut ditopang oleh ekspor nonmigas yang naik menjadi USD23,81 miliar, terutama dari komoditas berbasis sumber daya alam seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta produk manufaktur seperti mesin, peralatan mekanis, dan baja. Tiongkok, AS, dan India masih menjadi tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia.
Namun demikian, defisit migas turut melebar menjadi USD1,58 miliar pada Juli 2025 seiring meningkatnya impor migas di tengah penurunan ekspor.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()