Aksi Jual Obligasi Global Diprediksi Menekan Kurs Rupiah Hari Ini

avatar
· 阅读量 28
  • Rupiah melemah tipis ke Rp16.426 per dolar AS pada Rabu (3/9), tertekan oleh penguatan indeks dolar akibat aksi jual besar-besaran obligasi di negara ekonomi utama.
  • Aksi jual obligasi global dipicu kekhawatiran meningkatnya utang dan defisit fiskal di Eropa, AS, Inggris, dan Jepang, serta ketidakpastian politik di Jepang.
  • Data ekonomi AS: Indeks manufaktur ISM Agustus tercatat 48,7 (kontraksi enam bulan berturut-turut), namun tetap tidak banyak menekan dolar AS.

Ipotnews - Penjualan obligasi dalam jumlah besar di negara-negara ekonomi utama dunia, diperkirakan menguatkan indeks dolar Amerika Serikat dan menekan kurs rupiah dalam perdagangan hari ini.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (3/9) pukul 09.21 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.426 per dolar AS, melemah 12 poin, atau 0,07% dibandingkan penutupan Selasa sore (2/9) di level Rp16.414 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang menguat. "Penyebabnya karena terjadi pelepasan besar - besaran obligasi di negara - negara ekonomi utama dunia seperti Uni Eropa, Inggris, AS dan Jepang oleh kekhawatiran fiskal dan politik," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Perlu diketahui, pound Inggris dan yen Jepang kembali tertekan pada Rabu (3/9), setelah aksi jual besar-besaran dipicu oleh kekhawatiran investor yang semakin meningkat mengenai kondisi keuangan pemerintah secara global serta ketidakpastian politik di Jepang.
Sehari sebelumnya, para trader melepas obligasi jangka panjang di Eropa dan AS, seiring fokus pasar kembali pada meningkatnya utang di berbagai negara besar. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa pemerintah dunia mulai kehilangan kendali atas defisit fiskal mereka.
"Selain itu, laporan ISM manufaktur yang sedikit lebih lemah dari perkiraan tidak begitu melemahkan dolar AS. Kurs rupiah hari ini diprediksi ada di kisaran Rp16.400 - Rp16.500 per dolar AS," ujar Lukman.
Aktivitas pabrik di AS menyusut pada Agustus dalam enam bulan berturut-turut, didorong oleh penurunan produksi yang menunjukkan sektor manufaktur masih terhambat oleh tarif impor yang tinggi.
Menurut data yang dirilis pada Selasa (2/9) waktu setempat, indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) tercatat di angka 48,7 bulan lalu. Meski sedikit membaik dari angka 48 pada Juli, detail laporan ini beragam dan indeks ini tetap di bawah level 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest