- Rupiah melemah tipis 1 poin ke Rp16.415 per dolar AS pada Rabu (3/9), tertekan ketidakpastian nasib kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump.
- Trump ajukan banding ke MA untuk mempercepat putusan terkait legalitas tarif impor yang dinyatakan ilegal oleh pengadilan federal, guna menjaga konsistensi kebijakan perdagangan.
- Data manufaktur AS melemah: Indeks ISM Agustus 2025 di 48,7, menandai kontraksi enam bulan beruntun akibat dampak tarif impor tinggi.
Ipotnews - Ketidakpastian nasib kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump, telah membuat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar sangat tipis pada sore ini.
Mengutip data Bloomberg pada Rabu (3/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.415 per dolar AS, melemah 1 poin, atau 0,01% dibandingkan penutupan Selasa sore (2/9) di level Rp16.414 per dolar AS.
Senior Market Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan pelemahan kurs rupiah yang sangat tipis dipengaruhi oleh nasib ketidakpastian dari kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump.
"Pelemahan rupiah dipengaruhi dinamika politik di AS pasca tarif Trump ditetapkan," kata Nafan saat dihubungi Ipotnews sore ini.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintahannya akan meminta Mahkamah Agung (MA) untuk mempercepat putusan untuk membatalkan putusan pengadilan federal yang menyatakan tarifnya diberlakukan secara ilegal. Dia beralasan bahwa hal itu penting untuk menjaga kebijakan perdagangannya tetap utuh.
Trump mengatakan AS akan mengajukan banding ke MA secepatnya pada Rabu (3/8/2025) waktu setempat. Pasalnya, "akan sangat merugikan negara kita" jika putusan pengadilan banding tersebut tetap berlaku.
"Kami akan pergi ke Mahkamah Agung, kami pikir besok karena kami membutuhkan putusan awal," ujar Trump pada wartawan di Ruang Oval, Selasa. "Kami akan meminta putusan dipercepat."
Di sisi lain, aktivitas pabrik di AS menyusut pada Agustus 2025, selama enam bulan berturut-turut. Data ini didorong oleh penurunan produksi yang menunjukkan sektor manufaktur masih terhambat oleh tarif impor yang tinggi.
Menurut data yang dirilis pada Selasa (2/9) waktu setempat, indeks manufaktur Institute for Supply Management (ISM) tercatat di angka 48,7 bulan lalu. Meski sedikit membaik dari angka 48 pada Juli, detail laporan ini beragam dan indeks ini tetap di bawah level 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()