- Brent dan WTI masing-masing melejit lebih dari USD1 per barel, didorong kekhawatiran sanksi baru terhadap minyak Rusia setelah serangan udara besar ke Ukraina.
- OPEC + hanya menambah produksi 137.000 barel per hari mulai Oktober, jauh di bawah ekspektasi pasar, turut menopang rebound harga minyak.
- Potensi sanksi lanjutan dari AS dan memburuknya konflik Rusia-Ukraina meningkatkan risiko gangguan pasokan minyak global.
Ipotnews - Harga minyak melesat lebih dari USD1, Senin, pulih sebagian dari penurunan tajam pekan lalu, didorong kekhawatiran pasar atas potensi sanksi baru terhadap minyak Rusia setelah serangan udara besar-besaran ke Ukraina.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melambung USD1,16 atau 1,77% menjadi USD66,66 per barel pada pukul 14.08 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Tokyo, Senin (8/9).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melonjak USD1,12 atau 1,81% menjadi USD62,99 per barel.
Keduanya sempat merosot lebih dari 2%, Jumat, setelah laporan tenaga kerja Amerika yang lemah memperburuk prospek permintaan energi. Sepanjang pekan lalu, Brent dan WTI kehilangan lebih dari 3%.
Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya ( OPEC +), termasuk Rusia, Minggu, mengumumkan akan kembali meningkatkan output mulai Oktober.
Namun, kenaikan kali ini tergolong kecil -- hanya sekitar 137.000 barel per hari -- jauh lebih rendah dibandingkan penambahan sebelumnya sebesar 555.000 bph pada Agustus-September, dan 411.000 bph pada Juli-Juni.
"Pasar minyak didukung oleh kenyataan bahwa kenaikan produksi OPEC + ternyata lebih kecil dari yang dikhawatirkan, serta adanya technical rebound setelah pelemahan minggu lalu," kata Toshitaka Tazawa, analis Fujitomi Securities.
Dia menambahkan, potensi sanksi baru dari Amerika terhadap Rusia juga menambah sentimen positif. Presiden AS Donald Trump, Minggu, menyatakan siap melanjutkan ke fase kedua sanksi terhadap Rusia, langkah terdekat yang menandakan kemungkinan peningkatan tekanan terhadap Moskow atau pembeli minyaknya terkait perang di Ukraina.
Serangan udara Rusia, akhir pekan lalu, dilaporkan sebagai yang terbesar sejak perang dimulai, menargetkan pusat pemerintahan di Kyiv dan menewaskan sedikitnya empat orang.
Analis Gunvor, Frederic Lasserre, mengatakan sanksi baru terhadap pembeli minyak Rusia dapat mengganggu aliran pasokan global.
Satoru Yoshida, analis Rakuten Securities, menambahkan aksi beli muncul setelah pasar menyadari bahwa peningkatan produksi OPEC + lebih kecil dari ekspektasi, dan prospek perdamaian dalam konflik Rusia-Ukraina kian memudar.
Sementara itu, Goldman Sachs dalam catatannya memperkirakan surplus minyak yang sedikit lebih besar pada 2026, seiring peningkatan pasokan dari Amerika yang melebihi penurunan pasokan dari Rusia.
Namun, proyeksi harga Brent dan WTI untuk 2025 tetap tidak berubah, dengan estimasi harga rata-rata 2026 masing-masing USD56 dan USD52 per barel. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()