OPEC+ Umumkan Kenaikan Produksi Moderat, Harga Minyak Terdongkrak

avatar
· 阅读量 14
  • Brent ditutup menguat 0,79% ke USD66,02 per barel dan WTI naik 0,63% jadi USD62,26, pulih sebagian setelah penurunan lebih dari 3% pekan lalu.
  • Produsen sepakat menaikkan output mulai Oktober sebesar 137.000 bph, jauh lebih kecil dari kenaikan bulan-bulan sebelumnya; langkah ini dianggap sebagai strategi mempertahankan pangsa pasar ketimbang harga.
  • Pasar juga ditopang potensi sanksi tambahan AS terhadap minyak Rusia, setelah serangan udara besar di Ukraina memicu risiko pasokan global.

Ipotnews - Harga minyak menguat, Senin, bangkit dari kejatuhan pekan lalu, setelah OPEC + memutuskan menambah produksi dalam jumlah terbatas dan investor memperhitungkan potensi sanksi tambahan terhadap minyak Rusia.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup naik 52 sen atau 0,79% menjadi USD66,02 per barel, demikian laporan  Reuters,  di Houston, Senin (8/9) atau Selasa (9/9) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), meningkat 39 sen atau 0,63% menjadi USD62,26 per barel.
Kedua acuan minyak itu sempat melonjak lebih dari USD1 di awal sesi perdagangan, sebelum akhirnya terkoreksi tipis.
Pekan lalu, harga minyak kehilangan lebih dari 3%, termasuk pelemahan lebih dari 2% pada sesi Jumat akibat data ketenagakerjaan Amerika yang lemah dan menekan prospek permintaan energi.
OPEC +, yang mencakup negara-negara eksportir minyak ( OPEC ) beserta Rusia dan sekutunya, sepakat pada Minggu untuk kembali menaikkan produksi mulai Oktober mendatang. Delapan anggota aliansi tersebut akan menambah pasokan sebesar 137.000 barel per hari (bph). Jumlah itu jauh lebih rendah dibandingkan kenaikan sekitar 555.000 bph pada Agustus-September serta 411.000 bph pada Juni-Juli.
Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, mengatakan pasar sebelumnya bereaksi berlebihan terhadap kabar kenaikan produksi ini. "Hari ini kita melihat reaksi klasik: jual rumor, beli fakta," ujarnya.
Meski demikian, sebagian analis menilai dampak kenaikan output kali ini akan terbatas, karena beberapa anggota sudah memproduksi melebihi kuota, sehingga tambahan barel bisa jadi hanya mencerminkan volume yang sudah ada di pasar.
Keputusan OPEC + juga diikuti langkah Arab Saudi yang memangkas harga jual resmi (official selling price/OSP) minyak Arab Light ke Asia, menandakan fokus negara itu kini bergeser dari mempertahankan harga ke menjaga pangsa pasar.
"Dengan mengembalikan pasokan ke pasar yang bergerak menuju surplus, OPEC + bermain ofensif, bukan defensif," kata Claudio Galimberti, Kepala Ekonom Rystad Energy.
Senin, OPEC juga merilis jadwal kompensasi produksi dari enam anggotanya hingga Juni tahun depan, untuk menutup kelebihan output yang dilakukan sebelumnya. Berdasarkan jadwal tersebut, anggota-anggota itu harus memangkas produksi antara 190.000-829.000 bph per bulan agar sesuai dengan target.
Di sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump, Minggu, menyatakan siap memasuki fase kedua sanksi terhadap Rusia, langkah terkuat yang pernah diisyaratkan terkait potensi sanksi tambahan atas minyak Rusia atau pembelinya. Potensi sanksi baru itu dapat mengganggu aliran pasokan minyak global, menurut Frederic Lasserre, Kepala Riset dan Analisis Global di Gunvor.
Pernyataan Trump muncul setelah Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak dimulainya perang Ukraina, yang menghantam pusat pemerintahan di Kyiv dan menewaskan sedikitnya empat orang. Trump juga mengatakan sejumlah pemimpin Eropa dijadwalkan bertemu dengannya pada Senin dan Selasa untuk membahas penyelesaian konflik.
"Ekspektasi akan pasokan yang lebih ketat dari potensi sanksi baru AS terhadap Rusia juga memberikan dukungan," kata Toshitaka Tazawa, analis Fujitomi Securities.
Sementara itu, Goldman Sachs dalam catatan akhir pekan memperkirakan surplus minyak sedikit lebih besar pada 2026, seiring peningkatan pasokan di kawasan Amerika yang menutupi penurunan pasokan Rusia serta kenaikan permintaan global. Bank investasi itu mempertahankan proyeksi harga Brent/WTI untuk 2025 dan memperkirakan rata-rata harga pada 2026 di kisaran USD56/52 per barel. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest