- Brent ditutup menguat 1,7% ke USD67,49 per barel dan WTI naik 1,7% ke USD63,67, terdorong kekhawatiran geopolitik usai Polandia menembak jatuh drone Rusia dan seruan AS untuk sanksi baru terhadap pembeli minyak Rusia.
- Sentimen bullish tertahan laporan EIA yang mencatat lonjakan stok minyak mentah AS 3,9 juta barel, bensin 1,5 juta barel, dan distillate 4,7 juta barel--semua jauh di atas perkiraan.
- Pasar menanti pemangkasan suku bunga the Fed 16-17 September, sementara EU mempertimbangkan percepatan pengurangan energi fosil Rusia. Namun, prospek pasokan global dari OPEC + diperkirakan menekan harga dalam beberapa bulan ke depan.
Ipotnews - Harga minyak melesat lebih dari USD1, Rabu, terdorong kekhawatiran potensi gangguan pasokan setelah Polandia menembak jatuh drone Rusia di wilayah udaranya serta desakan Amerika agar Uni Eropa menjatuhkan sanksi tambahan bagi pembeli minyak Rusia. Namun, kenaikan tertahan oleh laporan lonjakan persediaan minyak mentah AS.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melambung USD1,10 atau 1,7% menjadi USD67,49 per barel, demikian laporan Reuters, di Houston, Rabu (10/9) atau Kamis (11/9) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) menguat USD1,04 atau 1,7% menjadi USD63,67 per barel.
Ketegangan geopolitik meningkat setelah Polandia, anggota NATO, menembak jatuh drone yang memasuki wilayah udaranya di tengah serangan besar Rusia ke Ukraina barat. Sehari sebelumnya, harga minyak sempat naik 0,6% setelah Israel melancarkan serangan ke pimpinan Hamas di Doha, Qatar.
Meski demikian, analis SEB menilai sentimen geopolitik biasanya tidak bertahan lama kecuali terjadi gangguan nyata pada pasokan. "Awan gelap surplus masih membayangi pasar, dengan Brent kini diperdagangkan dua dolar lebih rendah dibanding Selasa pekan lalu," tulis SEB.
Presiden AS Donald Trump mendesak Uni Eropa mengenakan tarif 100% pada impor dari China dan India--pembeli utama minyak Rusia--guna menekan Moskow agar mau bernegosiasi soal perdamaian dengan Ukraina.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan blok tersebut tengah mempertimbangkan percepatan penghapusan energi fosil Rusia, meski kecil kemungkinan Eropa menjatuhkan tarif besar pada China atau India.
Dari sisi fundamental, pasar juga menanti keputusan Federal Reserve pada 16-17 September, di mana investor memperkirakan pemangkasan suku bunga dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan energi.
Namun, data Energy Information Administration (EIA) justru menunjukkan pasokan minyak AS meningkat tajam. Persediaan minyak mentah melonjak 3,9 juta barel pada pekan yang berakhir 5 September, berbanding terbalik dengan ekspektasi penurunan 1 juta barel.
Stok bensin bertambah 1,5 juta barel (perkiraan turun 200 ribu barel), sedangkan stok distilat melejit 4,7 juta barel, jauh di atas proyeksi kenaikan 35 ribu barel.
"Ini laporan yang sangat bearish. Kenaikan besar pada crude build, ditambah lonjakan distilat, memperlihatkan tanda-tanda lemahnya permintaan bensin setelah driving season musim panas di AS," kata John Kilduff, mitra di Again Capital.
Kilduff menambahkan, lemahnya permintaan bahan bakar ditambah ekspor yang rendah bisa menjadi sinyal perlambatan ekonomi Amerika maupun global.
EIA sebelumnya juga memperingatkan bahwa harga minyak mentah global akan menghadapi tekanan besar dalam beberapa bulan mendatang akibat peningkatan produksi oleh OPEC + dan sekutunya, termasuk Rusia. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()