Harga Minyak Naik 1% Lebih, Ketegangan Geopolitik Terus Memanas

avatar
· 阅读量 8

HOUSTON, investor.id -Harga minyak dunia ditutup naik lebih dari 1% pada Rabu (10/9/2025). Sentimen pasar dipicu kekhawatiran potensi gangguan pasokan setelah Polandia menembak jatuh drone di wilayah udaranya dan Amerika Serikat mendorong sanksi baru terhadap pembeli minyak Rusia, sehari setelah serangan Israel di Qatar.
Dikutip dari Reuters, namun, laporan lonjakan pasokan minyak AS menahan kenaikan harga lebih lanjut.
Harga minyak Brent naik US$ 1,10 (1,7%) menjadi US$ 67,49 per barel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS menguat US$ 1,04 (1,7%) ke level US$ 63,67 per barel.
Ketegangan meningkat ketika Polandia menembak jatuh drone Rusia di wilayahnya, menandai keterlibatan langsung pertama anggota
NATO
dalam perang Rusia-Ukraina. Sehari sebelumnya, harga minyak sempat naik hampir 2% setelah Israel menyatakan menyerang pimpinan Hamas di Doha, sebelum kemudian terkoreksi kembali.
Meski begitu, para analis menilai belum ada ancaman nyata terhadap pasokan. "Awan gelap surplus pasokan masih membayangi pasar, dengan harga Brent tetap dua dolar lebih rendah dibanding pekan lalu. Premi risiko geopolitik biasanya tidak bertahan lama kecuali benar-benar ada gangguan suplai," tulis analis SEB.
Dari sisi politik, Presiden AS Donald Trump mendesak Uni Eropa (UE) mengenakan tarif 100% pada China dan India, dua pembeli utama minyak Rusia, untuk menekan Moskow agar mau berunding soal perdamaian dengan Ukraina.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menegaskan UE tengah mempertimbangkan percepatan penghentian energi fosil Rusia, meski sumber diplomatik menyebut kecil kemungkinan blok itu memberlakukan tarif besar terhadap India dan China.
Dari sisi makroekonomi, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada 16-17 September mendatang ikut mendukung harga minyak, dengan harapan dapat mendorong aktivitas ekonomi dan permintaan energi.
Stok Minyak AS
Menteri Energi AS Chris Wright juga memperkirakan permintaan minyak global akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan, meski produksi AS berpotensi stagnan sementara waktu.
Namun, laporan Energy Information Administration (EIA) menjadi sinyal negatif bagi pasar. Persediaan minyak mentah AS naik 3,9 juta barel pada pekan yang berakhir 5 September, berlawanan dengan perkiraan analis yang memperkirakan penurunan 1 juta barel.
Stok bensin naik 1,5 juta barel, padahal konsensus memprediksi penurunan 200 ribu barel. Persediaan distilat, termasuk solar dan minyak pemanas, melonjak 4,7 juta barel, jauh di atas ekspektasi kenaikan 35 ribu barel.
"Ini laporan yang sangat bearish. Stok minyak mentah naik besar, ditambah lonjakan persediaan bensin. Setelah musim mengemudi musim panas di AS berakhir, permintaan bensin tampaknya akan turun signifikan," kata mitra Again Capital John Kilduff.
Kilduff menambahkan, lemahnya permintaan bensin, ekspor rendah, dan data ekonomi AS yang menunjukkan perlambatan pasar tenaga kerja bisa menjadi sinyal pelemahan ekonomi, baik di dalam negeri maupun global.
Sementara itu, EIA pada Selasa (9/9/2025) juga memperingatkan harga minyak global akan mendapat tekanan dalam beberapa bulan ke depan akibat peningkatan produksi dari OPEC + termasuk Rusia.

Sumber : investor.id

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest