- Harga minyak dunia bergerak tipis: Brent naik 0,21% ke USD67,13/barel dan WTI bertambah 0,26% ke USD62,85/barel pada Senin (15/9).
- Kenaikan harga dipicu serangan drone Ukraina ke infrastruktur energi Rusia, termasuk hub ekspor Primorsk dan kilang Kirishi, yang berpotensi mengganggu pasokan global.
- Pasar juga terpengaruh faktor geopolitik dan ekonomi: ancaman sanksi tambahan AS terhadap Rusia, pembicaraan dagang AS-China, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed akibat pelemahan ekonomi AS.
Ipotnews - Harga minyak bergerak tipis, Senin, seiring investor menilai dampak serangan drone Ukraina terhadap kilang Rusia yang berpotensi mengganggu ekspor minyak mentah dan bahan bakar, sekaligus mencermati prospek permintaan energi dari Amerika.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 14 sen atau 0,21% ke posisi USD67,13 per barel pada pukul 07.53 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Senin (15/9).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), bertambah 16 sen atau 0,26% menjadi USD62,85 per barel.
Kedua kontrak tersebut mencatat kenaikan lebih dari 1% sepanjang pekan lalu setelah Ukraina meningkatkan serangan ke infrastruktur energi Rusia, termasuk terminal ekspor minyak terbesar Primorsk serta kilang Kirishinefteorgsintez, salah satu dari dua kilang terbesar di negara itu.
"Serangan ini menunjukkan adanya kesediaan yang lebih besar untuk mengganggu pasar minyak internasional, yang berpotensi memberikan tekanan kenaikan pada harga minyak," tulis tim analis JPMorgan yang dipimpin Natasha Kaneva dalam catatan riset.
Primorsk memiliki kapasitas memuat sekitar 1 juta barel per hari (bph) minyak mentah, menjadikannya hub ekspor utama Rusia sekaligus pelabuhan terbesar di wilayah barat negara tersebut. Adapun kilang Kirishi yang dioperasikan Surgutneftegaz memproses sekitar 17,7 juta ton metrik per tahun (355.000 bph), atau 6,4% dari total kapasitas kilang Rusia.
Meski demikian, sebuah perusahaan minyak di wilayah Bashkortostan, Rusia, memastikan produksi tetap terjaga meski fasilitasnya diserang drone pada Sabtu (13/9), kata Gubernur Radiy Khabirov.
Di sisi geopolitik, tekanan terhadap Rusia semakin besar setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan kembali kesiapannya memberlakukan sanksi tambahan. Dia juga mendesak negara-negara Eropa untuk mengambil langkah sebanding dengan Washington.
"Eropa masih membeli minyak dari Rusia. Saya tidak ingin mereka melakukannya. Sanksi yang mereka terapkan tidak cukup keras, dan saya bersedia melakukan lebih banyak sanksi, tetapi mereka harus memperketat langkah mereka setara dengan apa yang saya lakukan," ujar Trump kepada wartawan.
Selain faktor Rusia, pasar juga menyoroti perkembangan pembicaraan dagang AS-China di Madrid yang dimulai pada Minggu (14/9). Washington mendesak sekutunya agar memberlakukan tarif terhadap impor asal China terkait pembelian minyak Rusia oleh Beijing.
Sementara itu, data ketenagakerjaan AS yang melemah dan inflasi yang meningkat pekan lalu menimbulkan kekhawatiran atas prospek ekonomi negara konsumen energi terbesar dunia tersebut. Kondisi itu memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga dalam pertemuan 16-17 September. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()