- Rupiah melemah ke level Rp16.440 per dolar AS pada Selasa (16/9), tertekan ketegangan Rusia-Ukraina yang memicu lonjakan harga energi dan sentimen risk-off di pasar global.
- Faktor eksternal: Pasar menanti keputusan FOMC yang hampir pasti memangkas suku bunga 25 bps, sementara politik AS memanas usai Trump mendorong sanksi minyak Rusia dan penunjukan Stephen Miran ke Dewan Gubernur The Fed.
- Faktor internal: Pasar mencermati rencana pemerintah menempatkan Rp200 triliun dana SAL di bank BUMN yang menuai kritik karena dinilai berpotensi bertentangan dengan aturan keuangan negara.
Ipotnews - Kurs rupiah kembali tertekan pada perdagangan hari ini, seiring meningkatnya ketegangan geopolitik global antara Rusia - Ukraina, ditambah ketidakpastian kebijakan moneter Amerika Serikat.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (16/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.440 per dolar AS, melemah 25 poin, atau 0,15% dibandingkan penutupan Senin sore (15/9) di level Rp16.415 per dolar AS.
Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyebut pelemahan rupiah dipicu oleh lonjakan ketegangan di Eropa Timur. Pasukan Rusia melancarkan serangan besar-besaran di kota Zaporizhzhia, Ukraina, setelah serangkaian serangan Kyiv terhadap infrastruktur minyak Rusia dalam beberapa pekan terakhir. Kyiv secara khusus menargetkan fasilitas energi untuk melemahkan kemampuan Moskow membiayai perang.
"Situasi ini menambah tekanan pada harga energi global dan menimbulkan kekhawatiran baru di pasar keuangan. Rupiah ikut terimbas karena sentimen risk-off kembali menguat," kata Ibrahim, Selasa (16/9).
Dari sisi eksternal, Presiden AS Donald Trump pekan lalu menyerukan sanksi tingkat kedua terhadap industri minyak Rusia, kali ini menargetkan pembeli utama seperti India dan Tiongkok. Bahkan Trump telah mengenakan tarif dagang 50% kepada India pada akhir Agustus. Pasar juga menanti keputusan rapat Federal Reserve ( FOMC ) pada 16-17 September, yang hampir pasti memangkas suku bunga acuan 25 basis poin. Investor akan mencermati proyeksi kebijakan moneter dan ekonomi terbaru The Fed.
Tak hanya itu, politik Washington juga memengaruhi pasar. Senat AS mengonfirmasi Stephen Miran, penasihat ekonomi Trump, sebagai anggota Dewan Gubernur The Fed. Investor menilai langkah ini dapat meningkatkan tekanan Gedung Putih terhadap kebijakan moneter. Sementara itu, upaya Trump mencopot Gubernur The Fed Lisa Cook diblokir pengadilan banding, membuatnya kemungkinan tetap hadir dalam rapat The Fed pekan ini.
Dari dalam negeri, sentimen pasar ikut tertekan isu kebijakan fiskal. Pemerintah mengumumkan rencana penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp200 triliun di bank milik negara untuk disalurkan sebagai kredit. Meski awalnya disambut positif, kebijakan ini menuai sorotan karena dinilai berpotensi bertentangan dengan UUD 1945 serta UU Keuangan Negara.
"Pasar melihat langkah ini kental nuansa politis. Proses penyaluran dana seharusnya melalui mekanisme APBN , bukan sekadar keputusan eksekutif. Kalau tidak hati-hati, bisa menjadi preseden buruk bagi pengelolaan anggaran negara," ujar Ibrahim.
Ke depan, rupiah diperkirakan masih bergerak terbatas dengan kecenderungan melemah, mengikuti perkembangan geopolitik global serta arah kebijakan The Fed. Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.380-Rp16.470 per dolar AS pada perdagangan Rabu besok (17/9).(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()