- Kepercayaan terhadap dolar AS menurun, dengan investor beralih ke euro, yen, emas, dan mata uang lainnya, mengancam status dolar sebagai mata uang cadangan global.
- Fenomena unik tahun ini, ketidakpastian global tidak mendorong penguatan dolar seperti biasanya, menandai perubahan struktural dalam pasar valuta asing dan komposisi cadangan devisa.
- Potensi pergeseran besar cadangan global, termasuk peningkatan kepemilikan emas dan mata uang non-dolar seperti yuan, bisa melemahkan kemampuan AS membiayai utang nasional yang melebihi USD37 triliun.
Ipotnews - Dolar AS mengalami tekanan signifikan sepanjang tahun ini, seiring merosotnya kepercayaan pelaku pasar terhadap mata uang tersebut. Investor kini lebih memilih aset alternatif seperti euro, yen, emas, dan bahkan mata uang lain, yang secara langsung melemahkan posisi dolar sebagai mata uang cadangan utama dunia.
Menurut Jeremy Boulton, analis pasar Reuters , fenomena ini menjadi perubahan penting bagi mata uang paling banyak digunakan di dunia itu, dan dikhawatirkan dapat mengubah struktur investasi dan cadangan devisa global, yang berujung pada penurunan nilai dolar secara tajam dan berkelanjutan.
"Yang mengejutkan, tahun ini menjadi kali pertama sejak krisis keuangan global 2008 di mana kondisi ketidakpastian global tidak mendorong penguatan dolar," kata Boulton, seperti dilansir Reuters, Rabu (17/9).
Padahal, selama lebih dari satu dekade terakhir, dolar AS mengalami apresiasi besar, seiring meningkatnya cadangan devisa global dari sekitar USD7 triliun pada akhir 2008 menjadi sekitar USD12 triliun hingga USD13 triliun saat ini.
Jika tren penurunan dolar terus berlanjut, bank sentral di dunia diperkirakan mulai menyesuaikan komposisi cadangan devisa mereka.
Langkah ini, tutur dia, mencakup pengurangan kepemilikan dolar AS, dan peningkatan alokasi ke mata uang seperti euro, yen, franc Swiss, poundsterling, dan bahkan yuan China.
Kenaikan harga emas yang sangat tajam juga dianggap sebagai indikasi bahwa pergeseran cadangan devisa sudah mulai terjadi. "Emas dipandang sebagai aset aman yang nilainya cenderung naik saat kepercayaan terhadap mata uang fiat (mata uang yang tidak didukung aset fisik seperti emas) menurun," ujar Boulton.
Dalam konteks geopolitik, China diprediksi bisa memanfaatkan momentum ini di tengah ketegangan perang dagang dengan Amerika Serikat.
Jika Beijing menjadikan yuan sepenuhnya konvertibel di tengah pelemahan dolar, hal ini bisa memicu lonjakan permintaan terhadap mata uang tersebut--khususnya dari negara-negara yang ingin mengurangi ketergantungan terhadap greenback dan memiliki hubungan erat dengan China.
Negara-negara seperti Brasil, Rusia, Afrika Selatan, Arab Saudi, dan India memiliki cadangan devisa gabungan sebesar USD2 triliun hingga USD2,2 triliun. Sementara itu, China sendiri memiliki cadangan lebih dari USD3 triliun.
"Jika negara-negara ini secara kolektif mengalihkan cadangan dari dolar AS, Amerika berpotensi kesulitan membiayai utang nasional yang saat ini diperkirakan melampaui USD37 triliun," papar Boulton. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()