Analis: Minyak Jadi Kunci Arah Pergerakan Pasar Valas di Masa Depan

avatar
· 阅读量 13
  • Harga minyak turun tekan dolar AS, karena inflasi mereda dan peluang pemangkasan suku bunga the Fed makin besar.
  • Brent rawan tembus di bawah USD63, membuka potensi penurunan teknikal lebih lanjut hingga USD42,33 per barel.
  • Kenaikan output produsen utama membuat penurunan harga minyak dianggap tak terelakkan, berdampak besar pada pasar valas global.

Ipotnews - Harga minyak mentah yang terus menurun akan memainkan peran kunci dalam menentukan arah pasar valuta asing (valas), dengan potensi dampak signifikan terhadap dolar AS dan dinamika inflasi global.
Menurut analis pasar Reuters, Jeremy Boulton, penurunan harga minyak mentah, yang dipicu keputusan negara-negara produsen utama untuk meningkatkan output, turut menekan dolar AS. "Sepanjang tahun ini, pelaku pasar cenderung melepas dolar, dan tren ini berpotensi berlanjut seiring meredanya tekanan inflasi," kata Boulton, seperti dilansir  Reuters,  Kamis (18/9).
Harga minyak yang lebih rendah berarti inflasi yang lebih terkendali. Situasi ini, tutur Boulton, membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve lebih cepat atau lebih agresif, yang pada gilirannya dapat merangsang pasar saham dan mendorong minat terhadap aset berisiko lainnya.
"Jika minyak turun lebih dalam, terutama karena keputusan produsen kakap, dampaknya terhadap pasar valas bisa signifikan," ungkapnya.
Harga minyak mentah berjangka Brent, yang sempat menyentuh USD65 per barel pada Agustus dan September serta mencatatkan level terendah tahun ini di USD58,50 setelah kabar kenaikan output pada April, kini berada dalam zona rawan.
Boulton menilai jika harga menembus ke bawah USD63 per barel secara berkelanjutan, maka penurunan bisa menjadi lebih tajam. Level tersebut merepresentasikan 63,2% retracement dari lonjakan harga selama periode 2020-2022, sehingga dianggap sangat penting secara teknikal.
Sebelumnya, ketika Brent sempat jatuh di bawah USD63 pada April dan Mei, harga disebut sudah berada di wilayah oversold. Namun saat ini, indikator teknikal menunjukkan masih ada ruang untuk penurunan lebih lanjut, bahkan hingga mendekati USD61 per barel.
"Jika tekanan jual terus berlanjut, harga Brent dapat mengarah ke USD42,33 per barel, yang merupakan retracement 78,6% dari kenaikan besar dalam dua tahun terakhir," ucapnya.
Nah, seiring negara-negara produsen utama terus menambah volume output, pasar melihat tren penurunan harga minyak bukan lagi sebagai kemungkinan, tetapi sebagai keniscayaan.
"Dengan produsen berulang kali meningkatkan output, pertanyaannya bukan lagi apakah Brent akan turun, tetapi kapan," kata dia.
Penurunan lebih lanjut pada harga minyak berpotensi mengganggu proyeksi inflasi global, mempercepat pelonggaran moneter, dan memperkuat arus keluar dari dolar AS ke aset dan mata uang lainnya. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest