- Harga minyak turun: Brent melemah 0,8% ke USD67,44 per barel, WTI turun 0,8% ke USD63,57, tertekan kekhawatiran perlambatan ekonomi AS meski the Fed memangkas suku bunga.
- Sentimen pasar bercampur: Stok minyak mentah AS anjlok, ekspor naik mendekati level tertinggi 2 tahun, namun kenaikan stok distilat 4 juta barel memicu kekhawatiran lemahnya permintaan bahan bakar.
- Faktor geopolitik & OPEC : Rusia tertekan serangan drone Ukraina, Kuwait perkirakan permintaan minyak naik pasca pemangkasan suku bunga AS, QatarEnergy mendongkrak harga term al-Shaheen ke level tertinggi 8 bulan.
Ipotnews - Harga minyak mentah melemah, Kamis, seiring kekhawatiran pasar atas prospek ekonomi Amerika Serikat, sehari setelah Federal Reserve memangkas suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup turun 51 sen atau 0,8% menjadi USD67,44 per barel, demikian laporan Reuters, di New York, Kamis (18/9) atau Jumat (19/9) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melemah 48 sen atau 0,8% ke posisi USD63,57 per barel.
The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, Rabu, dan mengindikasikan pelonggaran bertahap sepanjang tahun guna merespons pelemahan pasar tenaga kerja. Secara teori, biaya pinjaman yang lebih rendah biasanya mendorong permintaan energi dan menopang harga minyak.
"Mereka melakukan ini sekarang karena jelas ekonomi sedang melambat. The Fed berusaha memulihkan pertumbuhan," ujar Jorge Montepeque, Managing Director Onyx Capital Group.
Namun, sejumlah indikator menunjukkan ekonomi Amerika masih lesu. Klaim baru tunjangan pengangguran memang menurun pekan lalu, tetapi pasar tenaga kerja tetap melemah.
Pembangunan rumah keluarga tunggal anjlok ke level terendah 2,5 tahun pada Agustus, menandakan sektor perumahan masih menjadi hambatan pertumbuhan.
Di pasar energi, data Energy Information Administration (EIA) memperlihatkan stok minyak mentah AS turun tajam pekan lalu akibat net impor jatuh ke rekor terendah dan ekspor melonjak mendekati level tertinggi dua tahun. Namun, stok distilat justru melesat 4 juta barel, jauh di atas ekspektasi kenaikan 1 juta barel, sehingga memicu kekhawatiran lemahnya permintaan bahan bakar.
Selain kondisi Amerika, dinamika global juga mewarnai pergerakan harga minyak.
Rusia mengumumkan kebijakan baru untuk melindungi anggaran negara dari fluktuasi harga minyak dan sanksi Barat. Sementara itu, Ukraina mengklaim berhasil menyerang kompleks pengolahan minyak besar serta kilang di Rusia dalam upaya melemahkan sektor energi Moskow.
Exxon Mobil menegaskan tidak berencana kembali beroperasi di Rusia, yang diprediksi dapat memperketat pasokan minyak global.
Kuwait, anggota OPEC , memperkirakan permintaan minyak akan meningkat pasca pemangkasan suku bunga AS, terutama dari pasar Asia.
QatarEnergy menaikkan harga jual jangka panjang untuk minyak al-Shaheen periode November ke level tertinggi dalam delapan bulan.
Di Eropa, parlemen Jerman menyetujui anggaran tahunan pertama pasca reformasi fiskal, dengan alokasi investasi besar untuk pemulihan ekonomi sekaligus peningkatan belanja pertahanan.
Di Timur Tengah, ketegangan geopolitik meningkat setelah Israel melancarkan serangan udara ke target militer Hezbollah di Lebanon selatan untuk mencegah kelompok itu membangun kembali kekuatannya. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
        喜欢的话,赞赏支持一下
        



加载失败()