Harga CPO Berjangka Menguat, Ikuti Kenaikan Minyak Kedelai Dalian

avatar
· 阅读量 17
  • Harga CPO Naik: Kontrak Desember naik 0,27% ke 4.447 ringgit/ton, ditopang penguatan soyoil Dalian.
  • Sentimen Campuran: Ringgit melemah, ekspor naik (Intertek), tapi data AmSpec dan proyeksi kedelai Brasil menekan.
  • Level Kunci & Kebijakan: Support di 4.401 ringgit; Malaysia tetapkan bea ekspor CPO Oktober tetap 10%.

Ipotnews - Minyak kelapa sawit (CPO) berjangka Malaysia kembali menguat, Jumat, seiring kenaikan harga soyoil Dalian, serta menjelang rilis data fundamental terbaru. Kontrak berjangka CPO juga diperkirakan mencatatkan kenaikan mingguan.
Harga minyak sawit acuan untuk kontrak pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 12 ringgit atau 0,27% menjadi 4.447 ringgit (USD1.057,80) per metrik ton saat jeda tengah hari, demikian laporan  Reuters,  di Jakarta, Jumat (19/9).
Sepanjang pekan ini, harga CPO berjangka tercatat menguat tipis sekitar 0,04%.
"Pasar CPO berjangka saat ini bergerak dalam rentang sempit 4.400 hingga 4.500 ringgit, sambil menanti arahan baru," ujar seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur.
Di pasar internasional, kontrak minyak kedelai (soyoil) yang paling aktif di Bursa Dalian meningkat 0,36%, sementara kontrak minyak sawit melorot 0,26%. Harga soyoil Chicago Board of Trade ( CBOT ) justru melemah 0,31%.
Harga CPO sering mengikuti pergerakan minyak pesaingnya karena berkompetisi dalam pasar minyak nabati (vegetable oil) global. Oleh karena itu, perubahan harga pada soyoil maupun minyak nabati lainnya turut memengaruhi sentimen pasar CPO.
Sementara, Malaysian Palm Oil Board ( MPOB ) mengumumkan kenaikan harga referensi CPO untuk Oktober. Kenaikan ini membuat tarif bea ekspor tetap berada di kisaran 10%, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Di sisi pasokan global, Badan Tanaman Nasional Brasil (Conab) memperkirakan produksi kedelai domestik akan meningkat pada musim tanam baru, dengan total produksi diprediksi mencapai 178 juta metrik ton.
Dari sisi ekspor, data lembaga survei kargo Intertek Testing Services menunjukkan ekspor produk CPO Malaysia sepanjang 1-15 September melonjak 2,6% dibandingkan periode yang sama bulan lalu. Namun, data dari lembaga pemantau independen AmSpec Agri Malaysia memperlihatkan penurunan 0,1% untuk periode yang sama.
Nilai tukar ringgit, mata uang utama dalam perdagangan CPO, tercatat melemah 0,24% terhadap dolar AS. Pelemahan ini membuat harga CPO menjadi lebih kompetitif bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Dari sisi teknikal, analis Reuters Wang Tao memperkirakan harga CPO dapat menguji level support di 4.401 ringgit per metrik ton. Jika tembus, harga berpotensi turun ke kisaran 4.342 hingga 4.366 ringgit per metrik ton. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest