- Brent dan WTI masing-masing turun ke USD66,17 dan USD61,92 per barel akibat kekhawatiran kelebihan pasokan menyusul kesepakatan ekspor minyak antara Irak dan Kurdistan.
- Dimulainya kembali ekspor 230.000 bph dari Kurdistan, ditambah proyeksi pertumbuhan pasokan global oleh IEA, memperbesar potensi oversupply hingga 2026.
- Prospek permintaan dibayangi perlambatan ekonomi global dan transisi energi; sementara risiko sanksi UE terhadap Rusia dan ketegangan di Timur Tengah tetap diawasi pasar.
Ipotnews - Harga minyak melemah lima sesi berturut-turut, Selasa, dipicu kekhawatiran kelebihan pasokan setelah tercapainya kesepakatan awal antara Irak dan pemerintah regional Kurdistan untuk mengaktifkan kembali jalur pipa ekspor minyak ke Turki.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 40 sen atau 0,60% menjadi USD66,17 per barel pada pukul 14.01 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Selasa (23/9).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melemah 36 sen atau 0,58% menjadi USD61,92 per barel. Dalam lima sesi terakhir, Brent terkoreksi 3%, sedangkan WTI merosot hingga 4%.
"Sentimen utama masih didominasi oleh kekhawatiran akan kelebihan pasokan (oversupply). Di sisi lain, prospek permintaan tetap tidak pasti menjelang akhir tahun," kata analis LSEG , Anh Pham, menambahkan bahwa dimulainya kembali ekspor minyak dari Kurdistan turut menekan harga.
Kesepakatan antara pemerintah federal Irak dan otoritas Kurdistan akan memungkinkan ekspor sekitar 230.000 barel per hari (bph) kembali mengalir melalui Turki. Ekspor dari wilayah Kurdistan ini sebelumnya terhenti sejak Maret 2023.
Dua pejabat perminyakan Irak mengatakan kepada Reuters bahwa kesepakatan itu juga melibatkan perusahaan minyak swasta yang beroperasi di kawasan tersebut.
Sementara itu, menurut badan pemasaran minyak negara Irak, SOMO , negara anggota OPEC terbesar kedua itu meningkatkan ekspor minyak sesuai kesepakatan OPEC +.
Dalam laporan bulanannya, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasokan minyak global akan tumbuh lebih cepat tahun ini, dan kelebihan pasokan bisa makin melebar pada 2026. Hal ini disebabkan lonjakan produksi dari negara-negara OPEC + dan produsen non- OPEC .
Di sisi permintaan, pasar juga dibayangi perlambatan ekonomi global dan transisi energi, termasuk peningkatan signifikan kendaraan listrik (EV) yang mengurangi permintaan bahan bakar fosil.
Meski tekanan harga saat ini didominasi sisi pasokan, risiko geopolitik tetap menjadi faktor yang dipcermati pasar. Uni Eropa mempertimbangkan sanksi tambahan terhadap ekspor minyak Rusia, sementara ketegangan di Timur Tengah tetap menjadi potensi pemicu volatilitas harga.
Di sisi lain, ekspor minyak mentah Arab Saudi sepanjang Juli tercatat berada di titik terendah dalam empat bulan terakhir, berdasarkan data dari Joint Organisations Data Initiative ( JODI ) yang dirilis Senin.
Menurut survei awal Reuters , stok minyak mentah Amerika diperkirakan naik pekan lalu, sementara persediaan bensin dan distilat diprediksi mengalami penurunan. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()