Rupiah Semakin Melemah Setelah Trump Makin Agresif Terhadap Rusia

avatar
· 阅读量 12
  • Rupiah melemah ke Rp16.749 per dolar AS pada Kamis (25/9), turun 65 poin (0,39%) dipicu sentimen eksternal.
  • Pidato agresif Trump soal sanksi energi Rusia dan pernyataan dovish-hati-hati dari Ketua The Fed Jerome Powell menekan sentimen pasar.
  • Faktor domestik: wacana tax amnesty jilid 3 diperdebatkan, dengan Menkeu menolak karena berisiko merusak kepatuhan pajak, sehingga menambah ketidakpastian fiskal.

Ipotnews - Rupiah kembali tertekan pada perdagangan hari ini terhadap dolar, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan pernyataan yang semakin agresif terhadap Rusia terkait sanksi energi.
Mengutip data Bloomberg pada Kamis (25/9) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.749 per dolar AS, posisi tersebut melemah 65 poin atau 0,39% dibandingkan Rabu sore (24/9) kemarin di level Rp16.684 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah kali ini salah satunya dipicu oleh faktor eksternal.
"Nada pidato Presiden AS Donald Trump yang semakin agresif terhadap Rusia di sidang PBB meningkatkan ketegangan geopolitik di Eropa. Pasar khawatir potensi sanksi baru terhadap energi Rusia bisa mengganggu stabilitas pasokan global," kata Ibrahim dalam siaran pers sore ini.
Trump memperingatkan negara-negara Eropa agar tidak terus membeli minyak Rusia. Washington juga disebut sedang mempertimbangkan opsi sanksi tambahan yang bisa menargetkan ekspor energi Negeri Beruang Merah. Kondisi ini semakin sensitif lantaran Ukraina intensif menyerang infrastruktur energi Rusia, sehingga memperbesar risiko pasokan.
Di sisi lain, pernyataan Ketua The Federal Reserve Jerome Powell juga menjadi perhatian pelaku pasar. Powell menegaskan arah kebijakan moneter tetap bergantung pada data.Meski mengakui risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat, ia tetap berhati-hati dalam memberi sinyal pelonggaran, agar inflasi tidak kembali melonjak.
"Bias The Fed saat ini lebih condong ke arah dovish, tetapi masih sangat berhati-hati," ucap Ibrahim.
Dari dalam negeri, wacana pemerintah dan DPR untuk menggulirkan program pengampunan pajak (tax amnesty) jilid 3 turut menyita perhatian. Namun, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan tidak mendukung kebijakan tersebut lantaran dikhawatirkan memberi sinyal buruk terhadap kepatuhan pajak. Pemerintah lebih memilih memperkuat basis pajak melalui pertumbuhan ekonomi ketimbang mengulang pemberian keringanan.
Menurut Ibrahim, kombinasi faktor eksternal dan internal membuat rupiah berisiko masih tertekan dalam waktu dekat. "Sentimen global yang cenderung risk-off serta ketidakpastian arah kebijakan fiskal di dalam negeri menjadi tantangan bagi stabilitas rupiah," ungkap Ibrahim.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest