- Harga kontrak CPO Desember di Bursa Malaysia turun 0,18% ke 4.431 ringgit, dengan pasar relatif sepi menjelang proyeksi harga dari analis di Konferensi Globoil India.
- Harga minyak nabati pesaing seperti soyoil dan minyak mentah global memengaruhi pergerakan CPO; penguatan harga minyak mentah meningkatkan daya tarik CPO sebagai bahan baku biodiesel.
- Pelemahan ringgit membuat CPO lebih murah bagi pembeli luar negeri, sementara India melakukan pembelian besar-besaran soyoil dari Argentina setelah pemangkasan pajak ekspor.
Ipotnews - Minyak sawit mentah (CPO) berjangka bergerak dalam kisaran sempit, Jumat, seiring pelaku pasar menanti proyeksi harga dari analis dalam konferensi industri di India yang akan digelar hari ini.
Harga acuan minyak sawit untuk kontrak pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melemah 8 ringgit, atau 0,18%, menjadi 4.431 ringgit (USD1.050,75) per metrik ton saat jeda tengah hari, demikian laporan Reuters, di Kuala Lumpur, Jumat (26/9).
Meski demikian, secara mingguan harga CPO masih mencatat kenaikan 0,63%, mengakhiri tren penurunan selama dua pekan berturut-turut.
"Pasar CPO bergerak lesu dengan sebagian besar pelaku pasar bersikap hati-hati menjelang outlook harga yang akan disampaikan analis dalam Konferensi Globoil hari ini," ujar seorang trader berbasis di Kuala Lumpur.
Di bursa Dalian, kontrak minyak kedelai (soyoil) yang paling aktif naik 0,22%, sementara kontrak minyak sawitnya meningkat 0,8%. Sebaliknya, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,4%.
Pergerakan harga CPO kerap mengikuti tren minyak pesaingnya karena berkompetisi memperebutkan pangsa minyak nabati (vegetable oil) global.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia juga menguat dan berada dalam tren kenaikan tertajam sejak awal Juni. Kenaikan ini dipicu serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia yang mendorong Moskow membatasi ekspor bahan bakar dan mempertimbangkan pengurangan produksi minyak mentah.
Penguatan harga minyak mentah membuat CPO menjadi pilihan lebih menarik sebagai bahan baku biodiesel.
Dari sisi nilai tukar, ringgit Malaysia - mata uang perdagangan utama CPO - terpantau melemah 0,09% terhadap dolar AS. Kondisi ini membuat harga CPO menjadi lebih kompetitif bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Di sisi lain, permintaan minyak nabati global menunjukkan dinamika baru. India dilaporkan membeli 300.000 metrik ton minyak kedelai dari Argentina dalam dua hari berturut-turut (Selasa dan Rabu), yang merupakan pembelian terbesar dalam periode singkat.
Aksi beli ini terjadi setelah pemerintah Argentina menghapus pajak ekspor untuk kedelai dan sejumlah produk pangan lainnya.
"Harga CPO berpotensi melanjutkan kenaikan ke kisaran 4.479-4.492 ringgit per metrik ton, berdasarkan pola gelombang dan proyeksi teknikal," tutur analis teknikal Reuters, Wang Tao. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()