- Serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia dan larangan ekspor BBM oleh Moskow mendorong harga minyak Brent dan WTI naik, dengan potensi kenaikan mingguan lebih dari 4%.
- Ancaman eskalasi konflik, termasuk peringatan NATO dan potensi sanksi tambahan terhadap Rusia, memperkuat kekhawatiran pasokan global, menopang harga minyak di level tertinggi sejak awal Agustus.
- Revisi naik PDB AS mengurangi harapan pelonggaran moneter lanjutan dari the Fed, sementara rencana ekspor 500.000 barel/hari dari Kurdistan berpotensi menambah suplai dan menahan lonjakan harga lebih lanjut.
Ipotnews - Harga minyak menguat, Jumat, dan diperkirakan mencatatkan kenaikan mingguan lebih dari 4%. Lonjakan ini didorong serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia, yang memaksa Moskow menghentikan ekspor bahan bakar dan mempertimbangkan pengurangan produksi minyak mentah.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 16 sen atau 0,23% menjadi USD69,58 per barel pada pukul 14.08 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Jumat (26/9).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), bertambah 25 sen atau 0,38% menjadi USD65,23 per barel.
Analis IG, Tony Sycamore, menyatakan dukungan terhadap harga minyak muncul akibat "serangan drone Ukraina yang terus menargetkan fasilitas minyak Rusia, peringatan NATO terhadap potensi pelanggaran wilayah udara, dan langkah Moskow menghentikan ekspor bahan bakar utama."
Kedua acuan harga minyak tersebut berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan mingguan terbesar sejak pekan yang berakhir pada 13 Juni, ketika ketegangan antara Israel dan Iran mendorong harga Brent melesat 11,7% dan WTI melonjak 13%.
Pemerintah Rusia mengumumkan larangan ekspor minyak solar secara parsial hingga akhir tahun, dan memperpanjang larangan ekspor bensin yang sudah berlaku.
Menurut Wakil Perdana Menteri Alexander Novak, gangguan pada kapasitas kilang minyak memaksa Rusia mendekati keputusan untuk memangkas produksi. Beberapa wilayah di Rusia kini dilaporkan mengalami kelangkaan bahan bakar tertentu.
Menurut analis ANZ, Daniel Hynes, peringatan NATO untuk merespons pelanggaran wilayah udara oleh Rusia menambah ketegangan geopolitik dan membuka kemungkinan sanksi tambahan terhadap sektor energi Rusia.
Di sisi lain, laporan stok minyak mingguan Amerika yang menunjukkan penurunan tak terduga juga mendukung penguatan harga. Kedua patokan minyak tersebut menyentuh level tertinggi sejak 1 Agustus pada pekan ini.
Namun, beberapa sentimen negatif turut membatasi penguatan. Data terbaru dari Biro Analisis Ekonomi AS memperlihatkan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua direvisi naik menjadi 3,8% secara tahunan, di atas ekspektasi.
Data ini memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan berhati-hati dalam melanjutkan pemangkasan suku bunga. The Fed memotong suku bunga 25 basis poin pekan lalu--pelonggaran pertama sejak Desember--dan sebelumnya memberi sinyal akan ada penurunan lanjutan.
Harga minyak juga sempat mendapat tekanan setelah Pemerintah Regional Kurdistan (KRG) mengumumkan ekspor minyak dari wilayah Irak utara akan dilanjutkan dalam waktu 48 jam. Kesepakatan ini memungkinkan hingga 500.000 barel per hari kembali masuk ke pasar global.
"Ketegangan geopolitik sempat menahan tekanan harga, tetapi kesepakatan penting yang memungkinkan ekspor dari Kurdistan kembali menjadi faktor penekan," ujar Hynes. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()