- Harga minyak turun setelah ekspor dari Kurdistan Irak ke Turki kembali dibuka dan OPEC + berencana menambah produksi mulai November.
- Pasar khawatir kelebihan pasokan, meski OPEC + masih memproduksi di bawah target dan prospek jangka pendek tetap ketat.
- Ketegangan geopolitik seperti konflik Rusia-Ukraina dan sanksi PBB terhadap Iran meningkatkan risiko pasar jelang kuartal IV-2025.
Ipotnews - Harga minyak melorot, Senin, setelah wilayah Kurdistan Irak kembali menyalurkan ekspor minyak mentah melalui Turki akhir pekan lalu.
Tekanan tambahan datang dari rencana OPEC + untuk meningkatkan output pada November, yang diperkirakan memperbesar pasokan global.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 48 sen atau 0,68% menjadi USD69,65 per barel pada pukul 14.02 WIB, setelah Jumat lalu ditutup di level tertinggi sejak 31 Juli, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Senin (29/9).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melemah 56 sen atau 0,85% ke posisi USD65,16 per barel, menghapus sebagian besar kenaikan yang dicapai akhir pekan lalu.
CEO platform investasi Moomoo Australia dan Selandia Baru, Michael McCarthy, mengatakan ketakutan pasar terhadap lonjakan output terus menahan penguatan harga.
"Namun, prospek jangka pendek yang masih ketat menahan harga minyak dalam tekanan menjelang dimulainya pekan perdagangan," ujarnya.
Sabtu, Irak mulai kembali menyalurkan minyak mentah dari wilayah semi-otonom Kurdistan ke Turki melalui jalur pipa, untuk pertama kalinya dalam dua setengah tahun terakhir.
Kementerian Perminyakan Irak menyatakan pengiriman ini dimungkinkan setelah tercapainya kesepakatan sementara antara pemerintah federal, pemerintah regional Kurdistan (KRG), dan produsen minyak asing di kawasan tersebut.
Menurut Menteri Perminyakan Irak kepada stasiun TV Rudaw , kesepakatan itu memungkinkan pengiriman sekitar 180.000 hingga 190.000 barel per hari (bph) ke pelabuhan Ceyhan, Turki.
Pemerintah AS turut mendorong tercapainya kesepakatan ini, yang diperkirakan dalam jangka panjang bisa membawa kembali hingga 230.000 bph minyak ke pasar internasional -- bertepatan dengan langkah OPEC + yang tengah meningkatkan output untuk merebut kembali pangsa pasar global.
Tiga sumber yang mengetahui rencana internal menyebut bahwa OPEC dan sekutunya ( OPEC +) kemungkinan besar akan menyetujui kenaikan produksi tambahan minimal 137.000 bph dalam pertemuan Minggu mendatang, seiring penguatan harga minyak yang mendorong upaya kelompok tersebut untuk memaksimalkan produksi.
Meski demikian, OPEC + saat ini masih memproduksi sekitar 500.000 bph di bawah target, yang membuat pasar belum benar-benar dibanjiri pasokan.
Di sisi lain, analis RBC Capital Markets memperingatkan bahwa saat OPEC bersiap menguras kapasitas cadangan produksinya, risiko kejutan geopolitik pada Oktober ikut meningkat.
Mereka juga mencatat bahwa meski narasi dominan selama musim panas adalah potensi kelebihan pasokan di kuartal IV-2025, pelaku pasar mulai memperhitungkan risiko dari konflik yang melibatkan Rusia dan Iran yang masih berlanjut.
Pekan lalu, harga Brent dan WTI masing-masing mencatat lompatan lebih dari 4%, kenaikan mingguan terbesar sejak Juni, menyusul serangan drone Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia yang memotong ekspor bahan bakar negara tersebut.
Sebagai respons, Rusia menggempur Kyiv dan wilayah lain di Ukraina pada Minggu pagi dalam salah satu serangan terbesar sejak invasi skala penuh dimulai.
Sementara itu, ketegangan global meningkat setelah PBB kembali memberlakukan embargo senjata dan sanksi lainnya terhadap Iran terkait program nuklirnya. Langkah tersebut diambil menyusul proses yang dipicu oleh kekuatan Eropa dan mendorong peringatan keras dari pihak Teheran. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()