- Rupiah diperdagangkan di Rp16.687 per dolar AS pada Selasa (30/9) pagi, melemah tipis 0,05% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya.
- Sentimen positif bagi rupiah datang dari ancaman shutdown pemerintah AS dan sikap dovish pejabat The Fed, meski penguatan diperkirakan terbatas sambil menunggu rilis data tenaga kerja AS (NFP).
- Wapres AS JD Vance menyebut shutdown hampir pasti terjadi, dengan menyalahkan Partai Demokrat jelang tenggat pendanaan federal.
Ipotnews - Pemerintahan Amerika Serikat terancam shutdown mulai 1 Oktober 2025, yang membuat kurs rupiah berpeluang menguat terhadap dolar.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa (30/9) pukul 09.20 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.687 per dolar AS, posisi tersebut melemah 7 poin atau 0,05% dibandingkan Senin sore (29/9) kemarin di level Rp16.680 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan bahwa kurs rupiah diperkirakan menguat terhadap dolar AS yang tertekan oleh kekuatiran shutdown pemerintah AS dan pernyataan dovish pejabat the Fed.
"Namun penguatan akan terbatas, investor cenderung wait and see menantikan serangkaian data pekerjaan AS pekan ini, terutama NFP. Range kurs rupiah hari ini antara Rp16.600 - Rp16.700 per dolar AS," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews, sore ini.
Wakil Presiden JD Vance meyakini pemerintah AS sedang menuju ke arah penutupan (shutdown). Dia berusaha menyalahkan Partai Demokrat sehari sebelum pendanaan federal berakhir.
"Saya pikir kita menuju shutdown karena Partai Demokrat tidak mau melakukan hal yang benar," kata Vance setelah bertemu dengan para pemimpin kongres di Gedung Putih, Senin waktu setempat. "Saya harap mereka berubah pikiran, tetapi kita lihat saja nanti."
Presiden Donald Trump bertemu dengan para pemimpin kongres dari Partai Demokrat dan Republik kurang dari 48 jam sebelum batas waktu shutdown 1 Oktober. Partai Republik dan Demokrat belum mencapai kesepakatan terkait hal ini.
Selain itu, Gubernur the Fed Bank of New York, John Williams mengatakan risiko inflasi telah berkurang, sedangkan risiko lapangan kerja meningkat.
"Ada semacam penyeimbangan ulang risiko, dari inflasi menjadi risiko besar menjadi risiko terkait lapangan kerja dan inflasi--risiko terhadap keduanya--bergerak lebih dekat," kata Williams pada Senin dalam sesi tanya jawab di Rochester, New York. "Masuk akal untuk menurunkan suku bunga sedikit untuk mengurangi ketatnya kebijakan moneter."(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
        喜欢的话,赞赏支持一下
        



加载失败()