Dolar AS Melemah Tertekan Kekhawatiran Shutdown

• Dolar AS melemah ke indeks 97,9 akibat kekhawatiran pasar terhadap potensi government shutdown di AS.
• Rupiah ikut menguat 0,4% ke Rp16.680 per dolar AS, bersama penguatan yen (+0,6%), pound sterling (+0,3%), dan euro (+0,2%).
• Risiko shutdown bisa menekan ekonomi AS, merumahkan pegawai federal tanpa gaji, dan mendorong The Fed memangkas suku bunga lebih agresif.

Ipotnews - Pelemahan dolar Amerika Serikat akibat kekhawatiran pasar terhadap potensi government shutdown memberi sentimen positif bagi rupiah.
Pada perdagangan Senin (29/9), rupiah ditutup menguat 0,4% ke level Rp16.680 per dolar AS. Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menjelaskan indeks dolar AS (DXY) melemah ke 97,9 setelah dua hari sebelumnya konsisten di atas 98.
Kondisi ini memicu penguatan sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah. Yen Jepang tercatat menguat 0,6%, sementara pound sterling dan euro masing-masing naik 0,3% dan 0,2%.
"Pelemahan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama turut meredakan kekhawatiran pasar di dalam negeri akan tren pelemahan rupiah, meskipun kami menilai hal ini bersifat jangka pendek," kata Rully dalam publikasi risetnya, Senin (29/9).
Menurutnya, pelemahan dolar AS terjadi karena pelaku pasar mengantisipasi risiko government shutdown di Negeri Paman Sam. Perbedaan pandangan mengenai prioritas anggaran antara Partai Republik dan Demokrat menjadi penyebab utama belum tercapainya kesepakatan.
Jika RUU anggaran tidak disetujui tepat waktu, pemerintah federal AS akan kehabisan dana dan otomatis berhenti beroperasi mulai 1 Oktober 2025.
"Shutdown akan membuat ratusan ribu pegawai federal dirumahkan tanpa gaji dan menunda layanan vital. Dampak negatif ini bisa menekan ekonomi AS sekaligus mempercepat langkah The Fed memangkas suku bunga lebih agresif," jelas Rully.
(Adhitya/AI)

Sumber : admin