Bursa Siang: Manufaktur China Masih Lesu, Saham Asia Mix, IHSG Minus

• IHSG melemah 27 poin (-0,33%) ke level 8.096 pada sesi I, dengan sektor transportasi turun paling dalam (-1,66%), sementara properti memimpin penguatan (+1,15%).
• Data manufaktur China masih kontraksi 6 bulan beruntun, PMI resmi di 49,8 (lebih baik dari ekspektasi) dan PMI swasta di 51,2 (tertinggi sejak Mei), memberi sinyal campuran bagi pasar Asia yang bergerak variatif.
• Harga minyak turun lanjutan (Brent USD 67,43 dan WTI USD 62,95 per barel) karena ekspektasi tambahan produksi OPEC + serta kembalinya ekspor minyak dari Kurdistan Irak, memperkuat prospek surplus pasokan.

Ipotnews - Bandul Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) berayun ke zona negatif di akhir perdagangan sesi I hari Selasa (30/9). IHSG berkurang 27 poin (-0,33%) ke posisi 8.096.
Aktivitas trading mencatat volume sebanyak 355,01 juta lot saham. Volume tersebut menghasilkan nilai transaksi Rp17,01 triliun.
Saham sektor transportasi terperosok paling dalam, turun sebesar 1,66%. Sektor properti paling perkasa, menguat 1,15%.
Saham top gainers: , , , , , , . Saham teraktif: , , , , , , .
Bursa Asia
Pasar saham Asia bergerak beragam pada perdagangan hari Selasa (30/9) seiring data manufaktur China terkontraksi 6 bulan beruntun, meskipun lebih kuat dari perkiraan pelaku pasar.
Indeks Manajer Pembelian Manufaktur (PMI) China ke posisi 49,8 menurut data Biro Statistik Nasional, dibandingkan dengan ekspektasi 49,6, menurut jajak pendapat Reuters. Meskipun masih berkontraksi, angka terbaru ini merupakan yang terkuat sejak Maret.
Sementara itu, indeks manajer pembelian manufaktur dari surveyor swasta RatingDog berada pada angka 51,2 untuk bulan September, mengalahkan perkiraan ekonom sebesar 50,2 dalam jajak pendapat Reuters, menandai level tertinggi sejak bulan Mei.
Sementara itu Bank sentral Australia diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan pada 3,6% pada hari Selasa karena inflasi di negara tersebut tetap pada level tertinggi dalam lebih dari setahun.
Langkah tersebut sejalan dengan ekspektasi para ekonom yang disurvei oleh Reuters, dan terjadi setelah negara tersebut awal bulan ini melaporkan tingkat inflasi utama sebesar 3% untuk bulan Agustus -- tertinggi sejak Juli 2024. Perumahan, makanan, dan alkohol mendorong pertumbuhan harga.
"Pertemuan kebijakan Bank Sentral Australia pada hari Selasa merupakan peristiwa penting di kawasan Asia-Pasifik," ujar Shier Lee Lim, kepala strategi valuta asing dan makro APAC di Convera.
Indeks Saham Asia
Nikkei 225 (Jepang) +0,13%
Topix (Jepang) libur +0,46%
Shanghai Composite (China) +0,40%
Shenzhen Component (China) +0,31%
CSI300 (China) +0,22%
Hang Seng (Hong Kong) -0,10%
Kospi (Korsel) -0,10%
Taiex (Taiwan) +1,38%
ASX200 (Australia) -0,14%
Asia Currencies
Yen naik 0,12% menjadi 148,41 per USD
SGD drop 0,10% menjadi 1,2913 per USD
AUD melaju 0,44% menjadi 0,6606 per USD
Rupiah melemah 0,07% menjadi 16.691 per USD
Rupee flat 0,00% ke 88,755 per USD
Yuan turun 0,04% ke 7,1253 per USD
Ringgit melemah 0,02% ke 4,2168 per USD
Baht melorot 0,41% ke 32,349 per USD
Oil
Harga minyak turun pada hari Selasa (30/9) karena peningkatan produksi yang diantisipasi oleh OPEC +. Dan juga dimulainya kembali ekspor minyak dari wilayah Kurdistan Irak melalui Turki memperkuat prospek surplus pasokan yang membayangi.
Minyak mentah Brent berjangka untuk pengiriman November, yang berakhir pada hari Selasa, turun 54 sen, atau 0,8%, menjadi $67,43 per barel. Kontrak yang lebih aktif untuk Desember turun 53 sen, atau 0,8%, menjadi $66,56 per barel.
Minyak mentah West Texas Intermediate AS diperdagangkan pada $62,95 per barel, turun 50 sen, atau 0,8%.
Penurunan ini memperpanjang penurunan hari Senin ketika Brent dan WTI ditutup lebih dari 3% lebih rendah setelah mencatat penurunan harian tertajam sejak 1 Agustus 2025.
(reuters/cnbc/bloomberg/idx/)

Sumber : admin