Terseret Kejatuhan Minyak Pesaing, CPO Berjangka Melorot Tiga Sesi Beruntun

avatar
· 阅读量 31
  • Harga CPO Malaysia turun 0,87% karena pelemahan minyak nabati saingan dan rencana OPEC + menaikkan produksi minyak.
  • Tekanan jual meningkat di pasar global akibat turunnya harga minyak mentah dan libur panjang di China.
  • Meski melemah harian, kontrak masih naik 9,06% kuartal ini; stok diperkirakan turun karena produksi menurun dan ekspor naik jelang musim perayaan.

Ipotnews - Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia kembali melemah untuk hari ketiga berturut-turut, Selasa, tertekan kejatuhan harga minyak nabati saingan dan rencana OPEC + untuk meningkatkan output.
Harga acuan minyak sawit untuk kontrak pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melorot 38 ringgit atau 0,87% menjadi 4.347 ringgit (USD1.031,81) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan  Reuters,  di Kuala Lumpur, Selasa (30/9).
Walau terjadi penurunan dalam beberapa sesi terakhir, harga CPO masih mencatat lonjakan 9,06% sepanjang kuartal ketiga tahun ini.
Pelemahan pasar minyak sawit terutama dipicu tekanan harga pada komoditas minyak nabati lainnya. Sentimen bearish terus mendominasi kompleks minyak nabati (vegetable oil) global, setelah harga minyak mentah anjlok semalam menyusul pengumuman rencana OPEC + untuk meningkatkan produksi.
Seorang trader yang berbasis di Kuala Lumpur menyatakan tekanan jual juga terlihat pada kontrak palm olein di Dalian, menjelang libur panjang Hari Nasional dan Festival Pertengahan Musim Gugur di China yang berlangsung 1-8 Oktober.
Kontrak minyak kedelai (soyoil) paling aktif di Dalian turun 0,59%, sementara kontrak minyak sawitnya melemah 0,54%. Di Chicago Board of Trade, harga minyak kedelai juga menyusut 0,2%.
Harga CPO cenderung mengikuti pergerakan minyak pesaingnya karena berkompetisi memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global.
Selain faktor teknikal dan fundamental dari sektor minyak nabati, harga minyak mentah global juga turut memengaruhi permintaan minyak sawit, terutama sebagai bahan baku biodiesel.
Penurunan harga minyak mentah akibat potensi peningkatan pasokan OPEC + serta dimulainya kembali ekspor minyak dari wilayah Kurdistan di Irak melalui Turki memperkuat ekspektasi pasar akan kelebihan pasokan global, yang pada akhirnya membuat CPO menjadi pilihan yang kurang menarik untuk biodiesel.
Sementara itu, pergerakan nilai tukar ringgit, mata uang yang digunakan dalam perdagangan CPO, juga memberikan sedikit dampak terhadap harga. Ringgit tercatat melemah 0,05% terhadap dolar AS, yang membuat harga CPO menjadi relatif lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing.
Pelaku pasar saat ini menantikan data ekspor minyak sawit Malaysia untuk September yang akan dirilis lembaga survei kargo dalam waktu dekat. Data tersebut akan menjadi acuan penting untuk menentukan arah pergerakan harga dalam jangka pendek.
Di sisi pasokan, Malaysian Palm Oil Board ( MPOB ) memperkirakan stok CPO nasional akan menurun dalam beberapa bulan mendatang, seiring dengan perlambatan musiman dalam produksi dan meningkatnya permintaan ekspor menjelang musim perayaan akhir tahun. MPOB memperkirakan stok minyak sawit Malaysia akan berada di kisaran 1,7 juta metrik ton pada akhir 2025.
"Harga CPO berpotensi menguji kembali level support di 4.366 ringgit per ton. Jika level ini ditembus, harga diperkirakan dapat melanjutkan pelemahan ke kisaran 4.309-4.342 ringgit per ton," kata analis teknikal Reuters, Wang Tao. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest