Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5% menjadi 4,9% untuk keseluruhan tahun 2025. Demikian juga untuk 2026 dari 5,1% menjadi 5%.
Demikian tertuang dalam kajian terbarunya di Asian Development Outlook (ADO) edisi September 2025. Proyeksi itu lebih rendah dari target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang sebesar 5,2% di 2025 dan 5,4% di 2026.
Kepala Ekonom ADB Albert Park mengatakan pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2025 dan 2026 dikarenakan tarif tinggi yang dikenakan Amerika Serikat (AS). Hal itu menyebabkan ketidakpastian perdagangan yang diperkirakan akan membebani pertumbuhan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tarif AS berada pada tingkat yang tinggi secara historis dan ketidakpastian perdagangan global masih sangat tinggi," kata Albert Park dalam keterangan tertulis, Rabu (1/10/2025).
Baca juga: Erick Thohir Sebut Dampak Moto GP bagi Perekonomian RI Tembus Rp 4,8 T |
Pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejalan dengan turunnya perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan kawasan ASEAN dari 4,7% menjadi 4,3% untuk 2025 dan 2026.
Untuk kawasan yang lebih luas yakni kawasan berkembang Asia dan Pasifik juga proyeksinya dipangkas. Dari sebelumnya bisa tumbuh 4,9% menjadi 4,8% tahun ini, kemudian untuk tahun depan dari 4,7% menjadi 4,5%.
"Ketegangan geopolitik yang berkelanjutan, potensi penurunan lebih lanjut di pasar properti RRT dan kemungkinan volatilitas pasar keuangan juga dapat mempengaruhi prospek kawasan ini," tutur Albert.
Albert mengingatkan, dalam lingkungan perdagangan global yang baru sangatlah penting agar berbagai pemerintahan terus mengedepankan manajemen makroekonomi yang kuat, keterbukaan dan integrasi regional lebih lanjut.
"Pertumbuhan di kawasan berkembang Asia dan Pasifik masih tangguh tahun ini berkat kuatnya ekspor dan permintaan domestik, tetapi memburuknya lingkungan eksternal telah berdampak terhadap proyeksi ke depan," ucapnya.
Khusus untuk China, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi cenderung tidak mengalami perubahan karena dukungan kebijakan mampu meringankan dampak tarif tinggi, namun masih lemahnya pasar properti. Perekonomian RRT tetap diproyeksikan tumbuh 4,7% tahun ini dan 4,3% tahun depan.
Sementara untuk India, tarif tinggi yang dikenakan AS terhadap ekspornya mulai Agustus 2025 akan membebani pertumbuhan. ADB memperkirakan perekonomian India akan tumbuh 6,5% untuk 2025 maupun 2026 lebih rendah, dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 6,7% tahun ini dan 6,8% tahun depan.
Lihat juga Video: BI-Rate Turun ke 4,75%: Menyeimbangkan Stabilitas Rupiah dan Pertumbuhan Ekonomi
[Gambas:Video 20detik]
作者:Anisa Indraini -,文章来源detik_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。


加载失败()