- Harga minyak Brent dan WTI menguat setelah dua hari penurunan, di tengah kekhawatiran pasar atas rencana OPEC + menaikkan produksi hingga 500.000 barel per hari bulan depan.
- Penurunan stok minyak mentah AS dibayangi lonjakan stok bensin dan distilat, serta melambatnya laju penurunan, yang menekan sentimen pasar.
- Shutdown pemerintahan AS dan kontraksi manufaktur di Asia memicu kekhawatiran terhadap permintaan global akan bahan bakar.
Ipotnews - Harga minyak menguat, Rabu, setelah mengalami dua hari penurunan beruntun. Investor mencermati rencana kenaikan produksi oleh OPEC + bulan depan dan dampak penutupan sebagian operasi pemerintah Amerika (shutdown) yang berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi serta permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Desember, patokan internasional, naik 24 sen atau 0,36%, menjadi USD66,27 per barel pada pukul 13.55 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di New Delhi, Rabu (1/10).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), meningkat 24 sen atau 0,38%, menjadi USD62,61 per barel.
Awal pekan ini, harga Brent dan WTI sama-sama terkoreksi lebih dari 3%, mencatat penurunan harian terdalam sejak 1 Agustus. Pada Selasa, keduanya kembali ditutup merosot sekitar 1,5%.
Menurut Sugandha Sachdeva, pendiri SS WealthStreet, perusahaan riset yang berbasis di New Delhi, penurunan ini terutama disebabkan perkembangan sisi pasokan.
" OPEC secara bertahap meningkatkan output, yang menambah kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan," ujarnya.
Sumber yang mengetahui pembicaraan OPEC + mengungkapkan bahwa kelompok tersebut berpotensi menyetujui kenaikan output minyak hingga 500.000 barel per hari (bph) pada November--tiga kali lipat kenaikan yang dilakukan Oktober lalu--seiring upaya Arab Saudi merebut kembali pangsa pasar.
Delapan anggota OPEC +, yang memproduksi sekitar setengah pasokan minyak dunia, sedang mempertimbangkan kenaikan antara 274.000 hingga 411.000 bph. Sumber lain menyebut kenaikan bisa mencapai 500.000 bph.
Namun, OPEC dalam unggahannya di platform X menyebut laporan media soal kenaikan 500.000 bph itu menyesatkan.
Tekanan tambahan pada harga juga datang dari laporan industri yang menunjukkan stok minyak mentah Amerika melorot, sementara persediaan bensin dan distilat justru naik sepanjang pekan lalu.
Menurut perkiraan American Petroleum Institute (API) yang dirilis Selasa, stok minyak mentah AS turun 3,67 juta barel hingga pekan yang berakhir 26 September. Namun, stok bensin melonjak 1,3 juta barel dan distilat melesat 3 juta barel dibanding pekan sebelumnya.
Sachdeva menilai, meski stok minyak mentah AS cenderung menyusut, laju penurunan tersebut melambat sehingga mengurangi sentimen positif pasar.
Sementara itu, pemerintah AS mengalami shutdown pada Rabu setelah perpecahan tajam antara Kongres dan Gedung Putih menghambat kesepakatan pendanaan.
Ini merupakan shutdown ke-15 sejak 1981 dan berpotensi menghentikan rilis laporan ketenagakerjaan September yang sangat dinantikan, memperlambat penerbangan, menangguhkan penelitian ilmiah, menunda pembayaran gaji militer, serta menyebabkan sekitar 750.000 pekerja federal diliburkan dengan biaya harian mencapai USD400 juta.
Data aktivitas manufaktur di Asia, kawasan konsumen minyak terbesar dunia, juga menimbulkan kekhawatiran terhadap permintaan bahan bakar.
Survei pada Rabu menunjukkan kontraksi aktivitas manufaktur di sebagian besar ekonomi utama Asia akibat lemahnya permintaan dari China, perlambatan pertumbuhan AS, serta ancaman tarif AS yang meningkat. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()