Minyak Merosot, Tertekan Shutdown AS dan Prospek Kenaikan Pasokan OPEC+

avatar
· 阅读量 16
  • Harga minyak turun tiga hari beruntun ke level terendah 16 minggu, dengan Brent ditutup USD65,35/barel (-1,0%) dan WTI USD61,78/barel (-0,9%), tertekan shutdown AS, peningkatan stok minyak mentah, dan kekhawatiran permintaan global.
  • Ekspektasi OPEC + akan menambah produksi hingga 500.000 bph pada November menekan harga, meski OPEC menyebut laporan tersebut menyesatkan; Saudi disebut ingin merebut kembali pangsa pasar.
  • Data menunjukkan stok minyak mentah AS naik 1,8 juta barel, sementara ekspor melemah; di sisi lain, Rusia menaikkan ekspor 25% pada September dan Venezuela mencatat ekspor tertinggi sejak 2020.

Ipotnews - Harga minyak kembali tertekan, Rabu, mencatat penurunan untuk hari ketiga berturut-turut hingga menyentuh level terendah dalam 16 pekan. Kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global akibat penutupan pemerintahan (shutdown) Amerika serta ekspektasi peningkatan pasokan dari OPEC + bulan depan menjadi faktor utama pelemahan harga.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melorot 68 sen atau 1% menjadi USD65,35 per barel, setelmen terendah sejak 5 Juni, demikian laporan  Reuters,  di New York, Rabu (1/10) atau Kamis (2/10) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melemah 59 sen atau 0,9% menjadi USD61,78 per barel, level penutupan terendah sejak 30 Mei.
CEO Diamondback Energy, salah satu produsen minyak terbesar di AS, memperingatkan bahwa pertumbuhan produksi domestik akan terhenti bila harga bertahan di kisaran USD60 per barel karena sejumlah lokasi pengeboran tidak lagi ekonomis. Di pasar energi lain, kontrak bensin AS ditutup pada posisi terendah dalam hampir satu tahun.
Analis Rystad, Janiv Shah, menilai OPEC + kemungkinan akan menambah output sekitar 500.000 barel per hari (bph) pada November, seiring menurunnya permintaan dari Amerika dan Asia.
Tiga sumber yang mengetahui pembahasan internal juga menyebut OPEC +, yang dipimpin Arab Saudi dan Rusia, bisa sepakat menaikkan produksi hingga setara tiga kali lipat dari penambahan Oktober. Meski demikian, OPEC menegaskan laporan media terkait rencana kenaikan 500.000 bph adalah menyesatkan.
Sebuah panel OPEC + menekankan perlunya mencapai kepatuhan penuh terhadap perjanjian produksi minyak dan pengurangan output tambahan yang diwajibkan oleh beberapa anggota untuk mengkompensasi kelebihan kuota sebelumnya pada pertemuan Rabu, ungkap OPEC dalam sebuah pernyataan.
Tekanan tambahan datang dari data persediaan minyak AS. Badan Informasi Energi (EIA) mencatat stok minyak mentah melonjak 1,8 juta barel pada pekan yang berakhir 26 September, melebihi perkiraan kenaikan 1 juta barel dalam survei  Reuters. 
Hal ini berlawanan dengan laporan American Petroleum Institute sehari sebelumnya yang menyebut adanya penurunan 3,7 juta barel.
"Stok minyak naik akibat turunnya ekspor, yang dapat menjadi sinyal lemahnya permintaan. Pasar juga sudah lebih dulu dijual masif karena kekhawatiran dampak shutdown terhadap ekonomi dan konsumsi energi," ujar Phil Flynn, analis Price Futures Group.
Shutdown pemerintahan AS dimulai Rabu setelah kebuntuan antara Kongres dan Gedung Putih menggagalkan kesepakatan anggaran. Gedung Putih memperingatkan potensi gelombang PHK, sementara laporan ketenagakerjaan September kemungkinan tertunda. Kondisi ini menambah ketidakpastian, di tengah data manufaktur AS yang masih lemah akibat dampak tarif impor besar-besaran Presiden Donald Trump.
Di Asia, aktivitas manufaktur menyusut di sebagian besar ekonomi utama pada September, memperburuk kekhawatiran permintaan energi di kawasan konsumen minyak terbesar dunia itu.
Fokus pasar juga tertuju pada pasokan Rusia, setelah serangan drone Ukraina menarget kilang minyak, ungkap analis PVM Oil Associates, Tamas Varga.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak menyatakan pasokan dalam negeri tetap terkendali, meski beberapa wilayah mengalami kelangkaan bahan bakar.
Sementara ekspor minyak mentah dari tiga pelabuhan utama Rusia melonjak 25% pada September dibanding Agustus, akibat kilang domestik berhenti beroperasi.
Dari Venezuela, anggota OPEC yang masih terkena sanksi AS, ekspor minyak pada September tercatat rata-rata 1,09 juta bph, tertinggi sejak Februari 2020 menurut data pelayaran dan dokumen perusahaan negara PDVSA. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest