Data Tenaga Kerja dan Shutdown AS Picu Kehati-hatian, Greenback Tergelincir

• Dolar AS melemah usai data ADP menunjukkan penurunan 32.000 pekerjaan swasta pada September, memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed.
• Penutupan pemerintah AS menambah tekanan pada dolar, dengan euro dan sterling naik, sementara yen melesat ke level terkuat sejak pertengahan September.
• Kontras dengan AS, Bank of Japan menunjukkan sikap lebih hawkish, dengan peluang 40% kenaikan suku bunga bulan ini.

Ipotnews - Dolar AS tergelincir ke posisi terendah dua pekan terhadap yen, Rabu, setelah data menunjukkan penurunan lapangan kerja sektor swasta. Kondisi tersebut semakin memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan kembali memangkas suku bunga dua kali lagi tahun ini.
Berdasarkan laporan ADP National Employment Report, lapangan kerja swasta Amerika Serikat menyusut 32.000 pada September, setelah revisi penurunan 3.000 pada Agustus. Angka tersebut jauh di bawah perkiraan ekonom yang memperkirakan kenaikan 50.000, usai laporan sebelumnya menunjukkan lonjakan 54.000, seperti dilansir  Reuters,  di New York, Rabu (1/10) atau Kamis (2/10) pagi WIB.
"Pasar tenaga kerja AS tampak semakin melemah, data demi data menunjukkan hal itu," kata Erik Bregar, Direktur Manajemen Risiko Valuta Asing Silver Gold Bull, Toronto.
"Pasar tenaga kerja AS yang terus melemah adalah berita besarnya. Dan dengan sumber data resmi yang ditahan akibat penutupan pemerintah, beberapa orang mungkin justru menyukainya karena sumber data tersebut akhir-akhir ini kurang dapat diandalkan."
Kondisi tersebut membuat kontrak berjangka suku bunga AS sekarang memperhitungkan hampir 50 basis poin pemangkasan tahun ini, naik dari sekitar 43 basis poin sehari sebelumnya. Data dari LSEG menunjukkan peluang hampir 99% bahwa pemangkasan pertama akan dilakukan pada Oktober.
Data ketenagakerjaan ini menyusul pembacaan yang beragam dari Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang dikeluarkan Biro Statistik Tenaga Kerja, Selasa. Laporan tersebut menunjukkan lowongan pekerjaan di AS sedikit meningkat pada Agustus sementara perekrutan menurun, sejalan dengan melemahnya pasar tenaga kerja.
Laporan ADP, yang dikembangkan bersama Stanford Digital Economy Lab, mendapatkan lebih banyak perhatian dari investor yang mencari petunjuk baru tentang pasar tenaga kerja karena laporan ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja yang lebih komprehensif dan dipantau secara ketat untuk September tidak akan dipublikasikan pada Jumat.
Laporan pekerjaan sektor swasta muncul di tengah penutupan pemerintah AS, yang dimulai beberapa jam setelah Senat menolak langkah pengeluaran jangka pendek yang akan menjaga operasional pemerintah tetap berjalan hingga 21 November.
Pemimpin Senat dari Partai Republik, John Thune, mengatakan bahwa majelis akan kembali memberikan suara untuk langkah yang disahkan DPR, Rabu.
Juan Perez, Direktur Perdagangan Monex USA, menilai shutdown tidak membawa kabar baik bagi dolar. "Sulit bagi dolar mempertahankan statusnya sebagai mata uang andalan ketika pemerintah AS sendiri berhenti beroperasi, sementara data menunjukkan masyarakat kian kesulitan mendapatkan pekerjaan," ujarnya.
Dalam perdagangan sore, dolar melemah 0,6% terhadap yen menjadi 147,07, level terendah sejak 17 September. Dolar juga merosot ke posisi terendah sepekan terhadap euro, yang naik 0,1% jadi USD1,1738, serta turun 0,3% versus poundsterling yang menguat ke USD1,3487.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, turun 0,2% menjadi 97,68.
Di sisi lain, Bank of Japan (BOJ) justru diperkirakan lebih hawkish. Survei Tankan yang dirilis Rabu memperlihatkan kepercayaan pelaku manufaktur besar Jepang meningkat dua kuartal berturut-turut. Sejumlah pejabat BOJ, termasuk anggota dewan Asahi Noguchi yang sebelumnya dikenal dovish, menegaskan kebutuhan pengetatan kebijakan semakin mendesak. Pasar saat ini memperkirakan sekitar 40% kemungkinan BOJ menaikkan suku bunga pada Oktober. (Reuters/AI)

Sumber : Admin