- Harga minyak naik sekitar 1% setelah kebakaran di kilang Chevron, namun tetap mencatat penurunan mingguan terbesar sejak Juni akibat kekhawatiran kelebihan pasokan.
- Brent dan WTI masing-masing menguat menjadi USD64,78 dan USD61,15 per barel, tetapi anjlok 7,6% dan 7% secara mingguan, dibayangi potensi kenaikan output OPEC + hingga 500.000 bph pada November.
- Analis memprediksi pasar minyak akan memasuki surplus besar mulai kuartal IV-2025, didorong peningkatan pasokan, turunnya pengolahan kilang, dan permintaan musiman yang melambat.
Ipotnews - Harga minyak menguat sekitar 1%, Jumat, setelah empat sesi beruntun mencatat penurunan, dipicu kebakaran di salah satu kilang terbesar di Pantai Barat Amerika Serikat. Namun, kenaikan ini belum cukup untuk menghapus tekanan yang membuat harga minyak berpeluang mencatat kerugian mingguan terbesar sejak akhir Juni.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, meningkat 67 sen atau 1,05% menjadi USD64,78 per barel pada pukul 14.10 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Jumat (3/10).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), bertambah 67 sen atau 1,06% menjadi USD61,15 per barel.
Kebakaran terjadi pada Jumat pagi di kilang El Segundo, milik Chevron, yang merupakan salah satu kilang terbesar di Pantai Barat Amerika. Menurut pejabat setempat, api berhasil dikendalikan dan hanya terbatas pada satu area.
Chevron juga melaporkan adanya flaring darurat di kilang dengan kapasitas produksi sekitar 290.000 barel per hari tersebut, yang terutama menghasilkan bensin, bahan bakar jet, dan minyak solar.
Meski begitu, Brent tetap diperdagangkan dengan kerugian mingguan sebesar 7,6%, sedangkan WTI merosot 7% selama pekan ini.
Penurunan ini dipicu ekspektasi pasar bahwa kelompok produsen minyak OPEC + dapat menaikkan output lebih lanjut, meski kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan masih membayangi.
Sumber Reuters mengungkapkan bahwa OPEC + berpotensi menyetujui kenaikan output minyak hingga 500.000 barel per hari pada November, tiga kali lipat dari kenaikan produksi pada Oktober. Langkah ini didorong oleh upaya Arab Saudi untuk merebut kembali pangsa pasar.
Tony Sycamore, analis IG, mengatakan, "Jika OPEC + benar-benar mengumumkan kenaikan 500.000 barel per hari akhir pekan ini, itu bisa menjadi peningkatan besar yang menekan harga minyak kembali turun, dengan support pertama di USD58 per barel, sebelum menguji level terendah tahun ini sekitar USD55."
Peningkatan pasokan dari OPEC +, aktivitas pemeliharaan kilang minyak global yang menurunkan pengolahan minyak mentah, serta perlambatan permintaan musiman di bulan-bulan mendatang diperkirakan mempercepat peningkatan stok minyak di AS dan negara lain, ungkap analis.
Data dari Energy Information Administration (EIA) Amerika, Rabu, menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah, bensin, dan produk distilat pekan lalu, akibat melemahnya aktivitas pengolahan dan permintaan.
Analis JPMorgan menilai, "September menandai titik balik, dengan pasar minyak kini menuju surplus besar pada kuartal keempat 2025 dan tahun depan."
Sementara itu, menteri keuangan negara-negara G7, Rabu, menyatakan mereka akan mengambil langkah untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia dengan menargetkan pihak yang terus meningkatkan pembelian minyak Rusia. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()