Kemenkeu Ungkap Kebiasaan Buruk Pemda hingga Dana Ngendap di Bank Rp 233 T

avatar
· 阅读量 15
Kemenkeu Ungkap Kebiasaan Buruk Pemda hingga Dana Ngendap di Bank Rp 233 T
Direktur Jenderal Perbendaharaan Kemenkeu Astera Primanto Bhakti (kanan)/Foto: Anisa Indraini/detikcom
Jakarta

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat dana pemerintah daerah (Pemda) di perbankan mencapai Rp 233,11 triliun per akhir Agustus 2025. Jumlah itu menjadi yang tertinggi dibandingkan lima tahun terakhir dalam periode yang sama.

Direktur Jenderal Perbendaharaan Kemenkeu Astera Primanto Bhakti mengatakan fenomena dana Pemda mengendap di bank merupakan masalah lama. Salah satu kebiasaan buruknya karena belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) telat direalisasikan.

"Mereka perencanaannya, pembuatan APBD-nya, ini biasanya dilakukan sekitar bulan September-Oktober di tahun sebelumnya. Kemudian dari situ, mereka baru mulai berkontrak. Itu bahkan kalau saya lihat modusnya dari tahun ke tahun, kontrak itu biasanya baru dimulai sekitar bulan April, itu baru kontrak tuh. Kemudian, direalisasi biasanya mulai cepat di tiga bulan terakhir," ungkap Prima dalam media briefing di Kemenkeu, Jakarta Pusat, Jumat (3/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Pusat Kucurkan Rp 571 T ke Daerah, tapi Belanjanya Lambat

Dengan siklus seperti itu setiap tahun, menyebabkan dana Pemda yang mengendap di bank tinggi pada pertengahan-pertengahan tahun. Biasanya jumlahnya akan berkurang ketika menjelang akhir tahun.

ADVERTISEMENT

"Ini kan terakumulasi nih, sisa tahun sebelumnya, masuk lagi, ada tambahan lagi, nah ini berkumpul lah di BPD (Bank Pembangunan Daerah) itu. Nah, ini yang menimbulkan saldonya jadi tinggi Rp 223 triliun. Tapi nanti pada saat akhir tahun, ini dia akan menuju kepada angka Rp 95-100 triliun," ucap Prima.

Prima menyebut dana Pemda yang mengendap di bank itu jumlahnya bermacam-macam. Sebagian besar dalam bentuk giro. "Jadi begitu nagih, bayar, nagih, bayar," tambahnya.

Selain itu, penyebab lainnya karena kapasitas belanja daerah rendah. Dalam hal ini Pemda diminta untuk terus mendorong akselerasi belanja agar APBD mampu memberikan stimulus bagi perekonomian daerah.

"Ada daerah-daerah yang tidak bisa membelanjakannya dengan optimal sehingga uangnya ya nongkrong situ aja. Tadi mulai dari schedule, kontrak dan lain-lain. Nah ini yang menjadi tantangan buat daerah di mana dia mempercepat itu sehingga saldo kasnya ini bisa lebih baik, jadi nggak kelihatan tinggi," harap Prima.

(aid/ara)

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest