Disokong Permintaan Safe-Haven, Logam Kuning Melejit Lampaui USD3.900

• Harga emas tembus rekor baru di atas USD3.900 per ons, didorong lonjakan permintaan safe-haven akibat pelemahan yen, penutupan parsial pemerintah AS, dan ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed.
• Emas spot mencapai USD3.944,63, sementara emas berjangka AS naik menjadi USD3.957,50 per ons; kenaikan tahun ini tercatat mencapai 49%, dipicu pembelian bank sentral, ETF, dan ketegangan geopolitik.
• Investor memprediksi pemotongan suku bunga tambahan oleh the Fed pada Oktober dan Desember, menjadikan emas--sebagai aset non-yielding--semakin menarik di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Ipotnews - Harga emas melesat melewati USD3.900 untuk kali pertama, Senin, didorong permintaan aset safe-haven setelah kejatuhan yen dan terjadinya penutupan sebagian pemerintah (government shutdown) Amerika.
Selain itu, meningkatnya ekspektasi pemotongan suku bunga lanjutan oleh Federal Reserve turut mendukung reli harga logam kuning.
Emas spot melonjak 1,26% menjadi USD3.935,25 per ons pada pukul 14.09 WIB, setelah sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang masa di USD3.944,63 pada awal sesi, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Bengaluru, Senin (6/10).
Sementara, emas berjangka Amerika Serikat untuk kontrak pengiriman Desember, melesat 1,24% menjadi USD3.957,50 per ons.
Tim Waterer, Kepala Analis Pasar KCM Trade, mengatakan pelemahan yen yang terjadi setelah pemilihan ketua Partai Liberal Demokrat (LDP) Jepang membuat investor kehilangan salah satu aset safe-haven mereka, sehingga emas menjadi pilihan utama.
"Penutupan pemerintah Amerika yang masih berlangsung menimbulkan ketidakpastian yang membayangi ekonomi AS dan potensi dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB)," ujar Waterer.
Situasi tersebut menjadikan emas sebagai aset yang sangat diminati, terutama dengan ekspektasi the Fed akan kembali memangkas suku bunga bulan ini.
Yen terdepresiasi terhadap dolar AS ke level terendah dalam lima bulan setelah Sanae Takaichi, seorang politikus dengan pandangan fiskal dovish, terpilih memimpin partai berkuasa dan diperkirakan menjadi Perdana Menteri Jepang berikutnya.
Sementara itu, seorang pejabat senior Gedung Putih menyatakan pemerintahan Presiden Donald Trump akan mulai melakukan pemecatan massal pegawai federal jika negosiasi dengan Demokrat di Kongres untuk mengakhiri penutupan parsial pemerintah benar-benar menemui jalan buntu.
Gubernur the Fed, Stephen Miran, pada Jumat lalu kembali menyerukan perlunya pemotongan suku bunga yang agresif sebagai respons terhadap dampak kebijakan ekonomi pemerintahan Trump.
Sepanjang tahun ini, harga emas meroket 49% setelah sebelumnya melejit 27% pada 2024. Kenaikan ini didorong pembelian kuat dari bank sentral, lonjakan permintaan ETF emas, depresiasi dolar AS, serta minat dari investor ritel yang mencari lindung nilai di tengah ketegangan perdagangan dan geopolitik yang meningkat.
Reli harga emas mendapat dorongan baru bulan lalu setelah the Fed memangkas suku bunga 0,25 poin persentase dan memberi sinyal akan terus menurunkan biaya pinjaman sepanjang sisa tahun ini.
Menurut FedWatch Tool CME Group, investor memperkirakan ada pemotongan tambahan sebesar 25 basis poin pada Oktober dan Desember dengan probabilitas masing-masing 95% dan 83%.
Sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), emas semakin berkilau di lingkungan suku bunga rendah dan kondisi ketidakpastian ekonomi.
Harga emas spot sempat menembus level USD3.000 per ons untuk pertama kali pada Maret dan melewati USD3.700 per ons pada pertengahan September. Banyak perusahaan pialang kini memiliki pandangan optimis terhadap reli harga emas.
Logam mulia lainnya, harga perak spot menguat 1% jadi USD48,46 per ons, platinum naik 0,2% menjadi USD1.608,65, dan paladium bertambah 0,3% jadi USD1.264,43. (Reuters/Bloomberg/AI)

Sumber : Admin