- Rupiah melemah ke Rp16.616 per dolar AS pada Rabu (8/10) pagi, turun 55 poin (0,33%) dari penutupan sebelumnya.
- Sinyal hawkish The Fed: Jeff Schmid menegaskan perlunya menekan inflasi, sementara Neel Kashkari memperingatkan pemangkasan suku bunga drastis bisa memicu lonjakan inflasi.
- Outlook rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.500-Rp16.650 per dolar AS, di tengah ketidakpastian politik akibat penutupan pemerintahan AS yang berlarut.
Ipotnews - Sinyal hawkish yang muncul dari salah seorang pejabat Federal Reserve tadi malam diprediksi melemahkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam perdagangan hari ini.
Mengutip data Bloomberg, Rabu (8/10) pukul 09.15 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan di level Rp16.616 per dolar AS. Posisi tersebut melemah 55 poin atau 0,33% dibandingkan penutupan perdagangan Selasa (7/10) di Rp16.561 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan dolar AS dipicu oleh faktor politik di Negeri Paman Sam. "Penutupan pemerintah AS telah memasuki hari keenam setelah negosiasi pendanaan gagal mencapai kesepakatan. Sementara Senat juga belum berhasil mengumpulkan suara untuk meloloskan langkah pendanaan jangka pendek," kata Ibrahim dalam siaran pers sore ini.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan bahwa rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang masih melanjutkan penguatan oleh pernyataan hawkish dari pejabat the Fed Jeff Schmid dan Nel Kashkari. Gubernur the Fed Kansas City, Jeff Schmid mengatakan bank sentral perlu terus menekan inflasi yang tetap tinggi," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Di sisi lain, Presiden Fed Minneapolis Nel Kashkari mengatakan setiap pemotongan suku bunga acuan secara drastis akan berisiko memicu kenaikan inflasi AS. "Kurs rupiah hari ini diperkirakan berada pada kisaran Rp16.500 - Rp16.650 per dolar AS," ujar Lukman.
Presiden Federal Reserve Bank Minneapolis, Neel Kashkari, pada Selasa (7/10) memperingatkan bahwa pemangkasan suku bunga secara drastis berisiko memicu lonjakan inflasi.
"Langkah seperti itu bisa menyebabkan ekonomi mengalami ledakan inflasi tinggi," ujar Kashkari dalam sebuah diskusi panel bertema kecerdasan buatan dan perekonomian yang diselenggarakan oleh Minnesota Star Tribune.
"Pada dasarnya, jika kita mencoba mendorong ekonomi tumbuh lebih cepat dari potensi pertumbuhannya dan kapasitas produksinya, hasilnya justru akan mendorong kenaikan harga di seluruh sektor ekonomi," jelas Kashkari.
Kashkari, yang tahun ini tidak memiliki hak suara dalam kebijakan moneter namun tetap berpartisipasi dalam pembahasan Federal Open Market Committee ( FOMC ), juga menyoroti bahwa sejumlah data ekonomi terbaru menunjukkan tanda-tanda stagnasi ekonomi di tengah inflasi yang masih bertahan tinggi.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
        喜欢的话,赞赏支持一下
        



加载失败()