- Kontrak minyak sawit Malaysia untuk Desember naik 1,34% ke 4.530 ringgit per ton, tertinggi sejak 18 Agustus.
- Kenaikan dipicu penguatan harga minyak kedelai dan minyak mentah, serta aksi short covering dan minat beli baru.
- Rencana Indonesia menerapkan B50 pada 2026 dan pelemahan ringgit turut memperkuat daya saing ekspor sawit.
Ipotnews - Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia melonjak lebih dari 1%, Rabu, ditopang kenaikan harga soyoil dan minyak mentah, yang mendorong pelaku pasar untuk menutup posisi jual mereka.
Harga acuan minyak sawit untuk kontrak pengiriman Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melesat 60 ringgit, atau 1,34%, menjadi 4.530 ringgit per metrik ton saat jeda perdagangan tengah hari, level tertinggi sejak 18 Agustus 2025, demikian laporan Reuters, di Kuala Lumpur, Rabu (8/10).
"Penguatan minyak kedelai (soyoil) dan minyak mentah semalam mengangkat harga CPO hari ini," ujar trader yang berbasis di Kuala Lumpur.
Dia menambahkan, "Kontrak Desember berhasil menembus level psikologis 4.500 ringgit, yang memicu gelombang penutupan posisi jual dan ketertarikan beli baru."
Harga minyak dunia mengalami kenaikan setelah investor mengabaikan kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan, menyusul keputusan Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya, biasa disebut OPEC +, membatasi peningkatan output untuk bulan depan.
Kenaikan harga minyak mentah membuat CPO menjadi pilihan yang lebih menarik sebagai bahan baku biodiesel, mengingat hubungan erat antara harga minyak mentah dengan permintaan biodiesel berbasis nabati.
Sementara itu, Indonesia terus melanjutkan rencananya untuk mewajibkan penggunaan biodiesel dengan campuran 50% bahan bakar berbasis minyak sawit (B50) mulai 2026. Kebijakan ini bertujuan mengurangi impor solar, seperti disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.
Di pasar komoditas lainnya, harga minyak kedelai Chicago Board of Trade naik 0,33%. Sementara itu, Bursa Komoditas Dalian China masih ditutup sejak 1-8 Oktober karena libur nasional.
Sebagai informasi, harga CPO cenderung mengikuti pergerakan minyak pesaingnya karena berkompetisi di pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Di sisi lain, nilai tukar ringgit--mata uang utama dalam perdagangan minyak sawit--melemah 0,12% terhadap dolar AS, menjadikan CPO lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()