- Rupiah menguat tipis ke level Rp16.568 per dolar AS pada Kamis (9/10), didorong sinyal dovish dari risalah FOMC The Fed yang mengisyaratkan masih ada dua kali lagi pemangkasan suku bunga acuan hingga akhir 2025.
- Pasar menanti pidato Ketua The Fed Jerome Powell, sementara peluang pemangkasan suku bunga 25 bps pada Oktober hampir 100% menurut CME FedWatch. Namun, ketidakpastian politik AS akibat penutupan pemerintahan masih menekan sentimen.
- Dari dalam negeri, cadangan devisa Indonesia turun ke USD148,7 miliar per akhir September, tapi masih kuat karena setara 6 bulan impor. BI menilai ketahanan eksternal tetap solid di tengah prospek ekspor dan arus modal yang positif.
Ipotnews - Nilai tukar rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, karena didorong oleh sinyal dovish dari risalah rapat Federal Open Market Committee ( FOMC ) yang mengisyaratkan masih ada dua kali lagi pemangkasan suku bunga acuan hingga akhir tahun ini.
Mengutip data Bloomberg, Kamis (9/10) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.568 per dolar AS, menguat 5 poin atau 0,03% dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (8/10) di Rp16.573 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen positif datang dari hasil risalah FOMC bulan September yang menunjukkan mayoritas pejabat The Fed sepakat memangkas suku bunga acuannya -- langkah pertama sejak akhir 2024.
"Pasar merespons positif sinyal dari The Fed yang mengindikasikan dua kali lagi penurunan suku bunga sampai akhir tahun. Hal ini memunculkan ekspektasi pelonggaran moneter yang lebih cepat dan menekan permintaan dolar AS," kata Ibrahim dalam siaran pers sore ini.
Berdasarkan data CME FedWatch, pelaku pasar memperkirakan hampir 100% peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan Oktober. Fokus kini tertuju pada pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang diharapkan memberi petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan.
Meski demikian, Ibrahim menilai penguatan rupiah masih terbatas karena sentimen eksternal belum sepenuhnya membaik. Ia menyoroti ketegangan politik di AS yang belum menemukan titik terang terkait penutupan pemerintahan (government shutdown).
"Kekhawatiran terhadap stabilitas politik AS tetap membebani pasar setelah Senat kembali gagal menyepakati proposal pendanaan dari Partai Republik dan Demokrat," ujar Ibrahim.
Sementara itu, dari sisi geopolitik, Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui tahap pertama rencana perdamaian Gaza yang dimediasinya, mencakup penghentian sementara pertempuran dan pembebasan sandera. Perkembangan ini sedikit meredakan ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Dari dalam negeri, rupiah juga mendapat dukungan dari fundamental ekonomi yang tetap kuat. Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa per akhir September 2025 sebesar USD148,7 miliar, turun dari USD150,7 miliar pada akhir Agustus 2025.
Penurunan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan intervensi stabilisasi nilai tukar BI di tengah ketidakpastian pasar global. Namun, posisi tersebut masih sangat memadai karena setara dengan 6,2 bulan impor, atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
"Cadangan devisa ini tetap kuat untuk mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," tutur Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan pergerakan rupiah ke depan masih akan dipengaruhi oleh perkembangan kebijakan moneter AS dan kondisi pasar global.
"Selama belum ada kejelasan mengenai arah suku bunga The Fed dan penyelesaian isu politik AS, rupiah cenderung bergerak terbatas di kisaran sempit," ucap Ibrahim.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()