Yen Tersungkur ke Level Terendah Sejak Februari, Euro Jeblok

avatar
· 阅读量 16
  • Yen melemah ke 153,09 per dolar, level terendah sejak Februari, karena pasar meragukan kemampuan Sanae Takaichi menstabilkan ekonomi dan nilai tukar.
  • Euro turun 0,61% ke USD1,1555 setelah krisis politik di Prancis memicu kekhawatiran atas defisit anggaran negara itu.
  • Dolar AS menguat dengan Indeks DXY naik 0,62% ke 99,47, didorong sikap hawkish pejabat the Fed meski pasar masih memperkirakan pemangkasan suku bunga bulan ini.

Ipotnews - Yen tersungkur ke posisi terlemah terhadap dolar AS sejak pertengahan Februari, Kamis, setelah Sanae Takaichi, pemimpin baru partai berkuasa Jepang, gagal meyakinkan pasar mengenai arah kebijakan ekonomi dan nilai tukar.
Takaichi menyatakan tidak ingin memicu penurunan yen yang berlebihan, yang sempat memunculkan reli singkat sebelum mata uang itu kembali melemah ke posisi terendah hariannya, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (9/10) atau Jumat (10/10) pagi WIB.
"Kita memang melihat kenaikan kecil tadi, tetapi belum jelas apa yang dimaksud dengan 'penurunan berlebihan' dalam konteks toleransi mereka," ujar Adam Button, Kepala Analis investingLive, Toronto.
Takaichi menambahkan bahwa "ada sisi positif dan negatif dari yen yang lemah."
Terakhir, dolar AS menguat 0,27% menjadi 153,09 yen, setelah sempat menyentuh 153,23, level tertinggi sejak 13 Februari.
Kejatuhan yen pekan ini dipicu kekhawatiran bahwa Takaichi akan menerapkan kebijakan fiskal ekspansif, namun pelemahannya mulai melambat karena pelaku pasar menilai ruang gerak pemerintah untuk mendorong stimulus ekonomi.
"Trader kini lebih skeptis terhadap kemampuan pemerintahan Takaichi dalam meloloskan paket stimulus fiskal besar dan menentang rencana pengetatan Bank of Japan (BOJ)," kata Karl Schamotta, analis Corpay, Toronto.
Dia menambahkan bahwa kondisi ini mencerminkan tekanan inflasi yang masih tinggi di Jepang, di mana rumah tangga mulai mendesak perubahan kebijakan.
Takaichi menegaskan bahwa BOJ tetap bertanggung jawab dalam menetapkan kebijakan moneter, namun setiap langkah harus selaras dengan tujuan pemerintah.
Sementara itu, euro juga tertekan menyusul meningkatnya ketidakpastian politik di Prancis setelah Perdana Menteri Sebastien Lecornu dan kabinetnya mengundurkan diri, Senin (6/10). Situasi politik yang buntu membuat pemerintah kesulitan meloloskan anggaran penghematan yang diharapkan investor di tengah kekhawatiran defisit yang terus melebar.
Kantor Presiden Emmanuel Macron mengatakan akan menunjuk perdana menteri baru dalam waktu 48 jam.
Menurut risalah pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada 10-11 September, para pembuat kebijakan menyimpulkan bahwa kebijakan moneter saat ini cukup kuat untuk merespons perubahan inflasi di kawasan euro, sehingga bank tersebut dapat mempertahankan pendekatan berhati-hati sambil menunggu kejelasan lebih lanjut.
Mata uang tunggal Eropa itu terakhir melorot 0,61% menjadi USD1,1555, setelah sempat mencapai USD1,1545, terendah sejak 5 Agustus.
Sementara, Indeks Dolar AS (Indeks DXY), ukuran greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, melonjak 0,62% jadi 99,47, level tertinggi sejak 1 Agustus.
Penguatan dolar turut didorong pernyataan bernada hawkish dari pejabat Federal Reserve. Risalah rapat September menunjukkan pejabat the Fed sepakat risiko terhadap pasar tenaga kerja meningkat cukup signifikan untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga, namun mereka tetap berhati-hati terhadap inflasi yang masih tinggi.
"Kita melihat nada yang lebih hawkish dari para pejabat the Fed, baik dari risalah pertemuan September maupun komentar lanjutan. Hal ini membuat pasar menurunkan ekspektasi terhadap pelonggaran moneter agresif," kata Schamotta.
Berdasarkan FedWatch Tool CME Group, pelaku pasar kini memperkirakan peluang 95% bahwa the Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada pertemuan 28-29 Oktober, sementara peluang pemotongan tambahan pada Desember turun menjadi 82% dari 90% pekan lalu.
Gubernur Fed Michael Barr menegaskan bahwa bank sentral harus berhati-hati dalam melakukan pemangkasan suku bunga lanjutan karena risiko inflasi, sementara Presiden Fed New York John Williams menyatakan dukungannya untuk pelonggaran tambahan tahun ini mengingat potensi perlambatan pasar tenaga kerja.
Selain itu, pelaku pasar juga menyoroti dampak berkepanjangan dari penutupan pemerintahan (government shutdown) di Amerika Serikat.
Menteri Transportasi AS Sean Duffy memperingatkan bahwa pemerintah dapat memberhentikan pengendali lalu lintas udara yang sering absen selama penutupan berlangsung, setelah meningkatnya ketidakhadiran menyebabkan gangguan besar dalam operasional penerbangan. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest