- Pasar keuangan domestik bullish - IHSG naik 1% ke 8.250,9 dan yield SBN 10 tahun turun ke 6,13%, terendah sejak Desember 2021, didukung stabilnya rupiah di Rp16.545 per dolar AS.
- BI diperkirakan tahan suku bunga - Rully Arya Wisnubroto menilai BI rate masih aman dipertahankan karena selisih dengan FFR sudah tipis, namun pelonggaran bisa dilakukan lewat operasi moneter atau pembelian SBN.
- Investor domestik dominan - Aksi jual asing masih berlanjut di kawasan ASEAN, sementara investor global lebih memilih Jepang, Korea Selatan, dan China di tengah prospek sektor teknologi yang positif.
Ipotnews - Tren penguatan di pasar keuangan domestik masih berlanjut, baik di pasar saham maupun surat berharga negara (SBN).
Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) pada perdagangan Kamis (9/10) kembali ditutup menguat 1% ke level 8.250,9. Di sisi lain, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun turun ke posisi 6,13%, terendah sejak Desember 2021.
Chief Economist & Head of Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan optimisme investor masih tinggi seiring stabilnya nilai tukar rupiah yang menguat tipis ke level Rp16.545 per dolar AS.
"Bullish pasar terus berlanjut, baik di pasar saham maupun obligasi pemerintah. Appetite risiko investor juga terus membaik sejak pekan lalu, tercermin dari terus turunnya CDS Indonesia 5 tahun menjadi 78,24," jelas Rully dalam publikasi risetnya, Jumat (10/10).
Penurunan credit default swap (CDS) ini mencerminkan berkurangnya persepsi risiko terhadap aset Indonesia, meski belum sepenuhnya kembali ke level sebelum gejolak politik dan demonstrasi pada akhir Agustus lalu.
Rully menilai tren perbaikan CDS masih akan berlanjut selama nilai tukar rupiah terjaga stabil. Ia juga menyebut, posisi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) saat ini masih relatif aman untuk dipertahankan.
"Kami merasa belum perlu ada penurunan suku bunga dalam waktu dekat karena ketidakpastian global masih tinggi dan potensi tekanan terhadap rupiah masih ada. Selain itu, selisih antara BI rate dan FFR sudah cukup tipis," ujarnya.
Meski demikian, Rully memperkirakan bank sentral akan tetap melanjutkan kebijakan pelonggaran moneter dalam bentuk lain, seperti injeksi likuiditas melalui operasi moneter atau pembelian surat berharga.
"Dengan data ekonomi yang memburuk di bulan September dibandingkan Agustus, BI kemungkinan akan kembali melakukan injeksi melalui operasi moneter. Langkah ini bisa mendorong penurunan imbal hasil SBN lebih lanjut dan berpotensi mendukung penguatan pasar saham dalam jangka menengah," papar Rully.
Ia menambahkan, pergerakan pasar keuangan saat ini masih banyak digerakkan oleh investor domestik. Di pasar saham, investor asing justru mencatatkan aksi jual bersih (net sell), tidak hanya di Indonesia tetapi juga di beberapa negara ASEAN lain seperti Filipina, Malaysia, dan Vietnam.
"Investor global saat ini lebih memilih pasar negara maju di Asia seperti Jepang dan Korea Selatan, serta China, seiring dengan ekspektasi positif terhadap kinerja sektor teknologi yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi global ke depan," tutur Rully.
Menurutnya, kuatnya partisipasi investor domestik menjadi faktor utama yang menjaga stabilitas pasar keuangan Indonesia di tengah dinamika global yang masih penuh ketidakpastian.
(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()