Rupiah Melemah 2 Poin Saja, Terbantu Ketidakpastian Arah Kebijakan Moneter AS

avatar
· 阅读量 22
  • Rupiah melemah tipis ke level Rp16.570 per dolar AS pada Jumat (10/10), seiring pasar menunggu kejelasan arah kebijakan The Fed di tengah penutupan pemerintahan AS dan ketidakpastian global.
  • Ibrahim Assuaibi menilai ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada Oktober dan Desember menekan imbal hasil obligasi AS dan dolar AS, sementara gencatan senjata Israel-Hamas memberi sentimen positif bagi aset berisiko.
  • Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Q3-2025 mencapai 5%-5,1% yoy, didorong ekspor, penempatan dana Rp200 triliun di perbankan, dan delapan program akselerasi ekonomi, meski lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan di bawah 5%.

Ipotnews - Nilai tukar rupiah ditutup melemah sangat tipis pada akhir pekan, seiring pasar yang masih mencermati ketidakpastian arah kebijakan moneter Amerika Serikat serta dinamika politik global.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (10/10) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.570 per dolar AS, melemah 2 poin atau 0,01% dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (9/10) di level Rp16.568 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah hari ini cenderung stagnan karena investor menunggu kejelasan arah kebijakan The Federal Reserve di tengah situasi eksternal yang kompleks.
"Rupiah tertekan sentimen eksternal, terutama akibat penutupan pemerintah AS yang sudah berlangsung sembilan hari dan risalah rapat The Fed yang masih menunjukkan perdebatan soal pemangkasan suku bunga," kata Ibrahim dalam siaran pers sore ini.
Ia menjelaskan, risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal ( FOMC ) bulan September menunjukkan sebagian besar pejabat bank sentral AS mendukung pemangkasan suku bunga tambahan tahun ini. Namun, sebagian anggota mengingatkan agar langkah tersebut tidak diambil terlalu cepat, mengingat inflasi yang belum sepenuhnya terkendali.
"Pasar kini memperkirakan peluang hampir 100% The Fed akan memangkas suku bunga pada Oktober, disusul lagi pada Desember. Ekspektasi itu menekan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan membuat dolar AS cenderung melemah," jelas Ibrahim.
Sementara itu, ketidakpastian juga meningkat akibat penutupan pemerintah AS yang memicu kekhawatiran soal data ekonomi yang tertunda, termasuk laporan tenaga kerja (Nonfarm Payrolls). Kondisi tersebut memperumit proyeksi arah kebijakan The Fed ke depan.
Dari sisi geopolitik, kabar gembira datang dari Timur Tengah setelah Israel dan kelompok Hamas menandatangani perjanjian gencatan senjata, difasilitasi oleh Presiden AS Donald Trump. Kesepakatan ini mencakup penghentian pertempuran, penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza, serta pembebasan seluruh sandera Hamas dengan imbalan ratusan tahanan Palestina.
"Perjanjian gencatan senjata ini setidaknya meredakan ketegangan global yang sudah berlangsung dua tahun terakhir dan bisa memberi napas bagi aset berisiko, termasuk mata uang emerging market seperti rupiah," tambah Ibrahim.
Dari dalam negeri, pemerintah tetap optimistis terhadap kinerja ekonomi Indonesia pada paruh kedua 2025. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 berada di kisaran 5%-5,1% (yoy), ditopang oleh ekspor dan penyaluran kredit.
Pada September lalu, pemerintah menempatkan dana sebesar Rp200 triliun di perbankan untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor riil. Kebijakan ini diharapkan dapat mempercepat putaran ekonomi di kuartal IV/2025.
Selain itu, pemerintah telah meluncurkan delapan program akselerasi ekonomi, mulai dari insentif PPh final UMKM hingga program magang nasional.
Meski lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya di kisaran 4,7%-4,8%, pemerintah menilai momentum pemulihan tetap kuat, terutama dengan PMI manufaktur yang masih berada di level ekspansif.
Dengan kombinasi faktor eksternal dan internal tersebut, Ibrahim menilai pergerakan rupiah dalam waktu dekat akan cenderung terbatas. "Selama belum ada kepastian pemangkasan suku bunga The Fed dan pencairan stimulus ekonomi dalam negeri belum optimal, rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.500-Rp16.600 per dolar AS," ungkap Ibrahim.(Adhitya/AI)

Sumber : admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest