Emas dan Perak Cetak Rekor Tertinggi di Tengah Ketegangan AS-China

• Harga emas dan perak mencetak rekor tertinggi baru akibat meningkatnya permintaan safe-haven, dipicu eskalasi perang dagang AS-China dan ekspektasi pemangkasan suku bunga the Fed.
• Emas spot tembus USD4.078,05 per ons dan perak melonjak ke USD51,70; logam mulia lain seperti platinum dan paladium juga ikut naik signifikan.
• Ketidakpastian global, pembelian bank sentral, serta arus masuk ke ETF turut mendorong lonjakan harga; pasar mengantisipasi penurunan suku bunga the Fed sebesar 25 bps pada Oktober.

Ipotnews -- Harga emas melesat ke rekor tertinggi baru, Senin, terkatrol meningkatnya permintaan aset safe-haven di tengah ketegangan perdagangan yang kembali memanas antara Amerika-China, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Harga perak juga mengalami lonjakan signifikan, mencatat rekor tertinggi sepanjang masa.
Emas spot melambung 1,15% menjadi USD4.063,82 per ons pada pukul 13.04 WIB, setelah mencetak rekor tertinggi sepanjang masa USD4.078,05, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Bengaluru, Senin (13/10).
Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat untuk kontrak pengiriman Desember melejit 2,29% menjadi USD4.092,00 per ons.
Kenaikan harga logam mulia terjadi setelah Presiden AS Donald Trump, Jumat, mengancam akan memberlakukan tarif 100% terhadap barang-barang asal China yang masuk ke Amerika.
Trump juga mengumumkan pembatasan ekspor terhadap perangkat lunak penting yang mulai berlaku pada 1 November, sebagai tanggapan atas pembatasan ekspor elemen tanah jarang dan peralatan oleh Beijing.
Pemerintah China, dalam pernyataannya pada Minggu, membela kebijakan tersebut sebagai tindakan yang sah, namun belum mengambil langkah pembalasan tambahan terhadap produk Amerika.
Analis Capital.com, Kyle Rodda, mengatakan sebelumnya ketegangan di Timur Tengah sempat menjadi faktor pendukung harga emas, namun kini perhatian pasar kembali beralih pada risiko yang ditimbulkan oleh eskalasi perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Selain emas, harga spot perak juga melonjak 2,7% ke level tertinggi sepanjang masa di USD51,70 per ons, dipicu faktor yang serupa dengan emas, termasuk ketatnya pasokan di pasar spot.
Bank investasi Goldman Sachs dalam laporannya, Minggu, menyebut harga perak diperkirakan terus menanjak dalam jangka menengah berkat arus investasi swasta, namun memperingatkan adanya volatilitas tinggi dalam jangka pendek serta risiko penurunan yang lebih besar dibandingkan emas.
Logam kuning, yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), meroket sekitar 53% sejak awal tahun.
Kenaikan ini didorong berbagai faktor seperti ketegangan geopolitik, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, arus masuk ke ETF, ekspektasi pelonggaran moneter the Fed, serta ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif.
Pasar saat ini memperkirakan hampir pasti bahwa the Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober, dengan kemungkinan pelonggaran lanjutan pada Desember.
Chairman Fed Jerome Powell dijadwalkan memberikan pidato pada pertemuan tahunan National Association for Business Economics, Selasa, yang kemungkinan akan memberikan petunjuk tambahan soal arah kebijakan moneter. Beberapa pejabat the Fed lainnya juga akan memberikan pernyataan sepanjang pekan ini.
Di tengah situasi politik domestik yang memanas, Presiden Trump menyalahkan Partai Demokrat atas keputusannya memberhentikan ribuan pegawai federal selama penutupan pemerintahan (government shutdown) yang berlangsung sejak 1 Oktober. Penutupan ini juga menyebabkan tertundanya sejumlah data ekonomi penting.
Sementara itu, di panggung geopolitik internasional, sejumlah pemimpin dunia termasuk Presiden Trump menghadiri pertemuan di Mesir, Senin, untuk membahas upaya gencatan senjata di Gaza.
Selain emas dan perak, logam mulia lainnya juga mencatatkan kenaikan. Harga platinum melejit 2,9% menjadi USD1.635,35 per ons, sementara paladium menguat 3,6% ke posisi USD1.452,50. (Reuters/Bloomberg/AI)

Sumber : Admin