Kurs Rupiah Berpeluang Menguat Setelah Muncul Sinyal Dovish Dari The Fed Tadi Malam

avatar
· 阅读量 19
  • Rupiah menguat tipis ke level Rp16.566 per dolar AS pada Selasa (14/10) pagi, naik 7 poin atau 0,04% dari penutupan sebelumnya.
  • Sentimen positif berasal dari komentar dovish pejabat The Fed Philadelphia, Anna Paulson, yang membuka peluang pemangkasan suku bunga dua kali lagi tahun ini.
  • Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp16.500-Rp16.600, didukung meredanya tensi perang dagang China meski investor masih skeptis terhadap proses perdamaian di Gaza.

Ipotnews - Nilai tukar rupiah berpeluang menguat terhadap dolar Amerika Serikat dalam perdagangan hari ini, karena munculnya sinyal dovish dari salah seorang pejabat Federal Reserve tadi malam.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (14/10) pukul 09.15 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.566 per dolar AS, posisi tersebut menguat 7 poin atau 0,04% dibandingkan penutupan perdagangan Senin sore (13/10) di level Rp16.573 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan bahwa rupiah diperkirakan menguat terhadap dolar AS karena meredanya tensi perang dagang China.
"Rupiah juga didukung oleh naiknya prospek pemangkasan suku bunga the Fed setelah komentar dovish dari Kepala the Fed Philadelphia Anna Paulson yang mengantisipasi pemangkasan suku bunga yang lebih besar kedepannya dan melihat ancaman inflasi dari tarif tidak sebesar yang dikuatirkan," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Lukman memprediksi kurs rupiah hari ini di kisaran Rp16.500 - Rp16.600 per dolar AS.
"Terkait proses perdamaian di Gaza, Palestina, sepertinya pada saat ini dampak dari perdamaian itu belum direspon oleh investor. Mungkin masih banyak yang skeptis," ujar Lukman.
Sebagaimana diketahui, Gubernur The Fed Bank of Philadelphia, Anna Paulson mengisyaratkan ia mendukung dua kali pemangkasan suku bunga sebesar 0,25% lagi tahun ini. Pasalnya, kebijakan moneter seharusnya tidak terpengaruh oleh dampak tarif terhadap kenaikan harga konsumen.
"Bagi saya, intinya adalah saya tidak melihat kondisi-kondisi tertentu, terutama di pasar tenaga kerja, yang tampaknya akan mengubah kenaikan harga akibat tarif menjadi inflasi berkelanjutan," ujar Paulson dalam pidatonya pada konferensi tahunan National Association for Business Economics di Philadelphia pada Senin (13/10) waktu setempat. (Adhitya/AI)

Sumber : admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest