Minyak Kembali Turun, Dibayangi Surplus Pasokan dan Ketegangan AS-China

avatar
· 阅读量 39
  • Harga minyak Brent dan WTI kembali turun akibat kekhawatiran surplus pasokan global pada 2026 serta melemahnya prospek permintaan energi di tengah ketegangan dagang AS-China.
  • Laporan IEA memproyeksikan kelebihan pasokan hingga 4 juta barel per hari, didorong peningkatan produksi dari OPEC + dan lemahnya pertumbuhan permintaan global.
  • Konflik dagang yang memburuk serta rencana tarif baru dari AS dan kontrol ekspor China menambah tekanan pasar, sementara investor menanti data persediaan minyak AS untuk indikasi permintaan.

Ipotnews -- Harga minyak mentah kembali melemah, Rabu, memperpanjang tren penurunan dari sesi sebelumnya. Pelemahan ini dipicu kekhawatiran pasar terhadap potensi surplus pasokan global pada 2026 dan memanasnya kembali ketegangan dagang antara Amerika dan China yang berisiko menekan permintaan energi global.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 19 sen atau 0,30% menjadi USD62,20 per barel pada pukul 14.14 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Rabu (15/10).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), berkurang 13 sen atau 0,22% jadi USD58,57 per barel. Pada perdagangan sebelumnya, kedua kontrak ini ditutup di posisi terendah dalam lima bulan terakhir.
Dalam laporan terbarunya, Selasa, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasar minyak global dapat menghadapi kelebihan pasokan hingga 4 juta barel per hari pada 2026.
Proyeksi tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, dengan alasan peningkatan output dari negara-negara anggota OPEC + dan produsen lain, sementara pertumbuhan permintaan energi dinilai masih lesu.
Analis LSEG , Emril Jamil, mengatakan pasar saat ini lebih fokus pada ancaman kelebihan pasokan di tengah sinyal permintaan yang belum stabil.
Dia menambahkan bahwa berkurangnya risiko geopolitik dan memanasnya kembali konflik dagang turut memberi tekanan tambahan terhadap harga.
Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memburuk dalam sepekan terakhir, dengan kedua negara mulai mengenakan tarif tambahan untuk kapal-kapal yang membawa barang di antara keduanya.
Langkah ini diperkirakan meningkatkan biaya perdagangan dan mengganggu arus logistik global, yang pada akhirnya dapat memperlambat aktivitas ekonomi.
Menurut analis IG, Tony Sycamore, ketegangan dagang yang kembali meningkat menjadi perhatian utama investor, karena dinilai membawa risiko besar terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Situasi semakin tegang setelah China mengumumkan perluasan besar atas kontrol ekspor logam tanah jarang pekan lalu. Sebagai tanggapan, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif atas barang-barang asal China hingga 100% dan memperketat ekspor perangkat lunak mulai 1 November.
Analis Haitong Futures, Yang An, menilai meski dinamika geopolitik menjadi faktor penting, perhatian pasar kini juga tertuju pada kondisi pasokan minyak secara global, yang tercermin dari pergerakan inventori dan kapasitas produksi negara-negara besar.
Pelaku pasar kini menantikan rilis data persediaan minyak mentah Amerika untuk mendapatkan gambaran terbaru mengenai tingkat permintaan domestik.
Survei awal  Reuters  memperkirakan stok minyak mentah AS naik sekitar 200.000 barel dalam pekan yang berakhir pada 10 Oktober, sementara persediaan bensin dan distilat diprediksi mengalami penurunan.
Laporan mingguan dari American Petroleum Institute (API) dijadwalkan dirilis pada Rabu pukul 20.30 GMT, sedangkan data resmi dari Energy Information Administration (EIA) akan diumumkan Kamis pukul 14.30 GMT. Kedua laporan tersebut mengalami penundaan satu hari karena libur Hari Columbus, Senin. (Reuters/Bloomberg/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
回复 0

暂无评论,立马抢沙发

  • tradingContest