JAKARTA, investor.id -Harga kontrak Crude Palm Oil (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) menguat pada Rabu (15/10/2025), mengakhiri pelemahan tiga hari beruntun. Penguatan itu didorong kenaikan ekspor yang solid mampu menutupi kekhawatiran terkait tingginya stok dan meningkatnya tensi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Berdasarkan data BMD pada penutupan Rabu (15/10/2025), kontrak berjangka CPO untuk Oktober 2025 turun 30 Ringgit Malaysia menjadi 4.320 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO November 2025 naik 22 Ringgit Malaysia menjadi 4.429 Ringgit Malaysia per ton.
Malaysia menjadi 4.477 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Januari 2026 terkerek 16 Ringgit Malaysia menjadi 4.512 Ringgit Malaysia per ton.
Sedangkan kontrak berjangka CPO Februari 2026 terkerek 13 Ringgit Malaysia menjadi 4.515 Ringgit Malaysia per ton. Kontrak berjangka CPO Maret 2026 meningkat 13 Ringgit Malaysia menjadi 4.500 Ringgit Malaysia per ton.
Dikutip dari Trading View, data dari regulator industri menunjukkan, stok minyak sawit Malaysia pada September naik ke level tertinggi hampir dua tahun. Namun, ekspor produk sawit Malaysia pada 1-15 Oktober melonjak 12,3% hingga 16,2% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya, menurut data lembaga survei kargo.
Direktur Pelindung Bestari Paramalingam Supramaniam mengatakan, prospek permintaan pada kuartal IV masih belum pasti karena banyak pembeli memilih menunggu harga turun sebelum melakukan pembelian. "Dengan stok akhir yang masih tinggi dan risiko gencatan dagang AS-China yang bisa runtuh, pasar masih rentan terhadap tekanan jual sesekali," ujarnya.
Harga Minyak Kedelai
Sementara itu, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian turun 0,22%, dan kontrak palm oil di bursa yang sama melemah 0,47%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade justru naik tipis 0,16%. Harga CPO kerap mengikuti pergerakan minyak nabati pesaing karena bersaing dalam pasar global minyak nabati.
Di sisi lain, harga minyak mentah dunia melemah setelah Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi surplus pasokan pada 2026 dan meningkatnya ketegangan dagang AS-China yang dapat menekan permintaan energi. Harga minyak yang lebih lemah membuat CPO menjadi pilihan kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
Nilai tukar Ringgit Malaysia terhadap dolar AS melemah 0,02%, membuat harga CPO menjadi sedikit lebih murah bagi pembeli dengan mata uang asing.
Pemerintah Indonesia dikabarkan tengah mempertimbangkan pengaturan ekspor CPO untuk memastikan pasokan domestik cukup bagi kebutuhan biodiesel. Sementara itu, Malaysia menurunkan harga referensi CPO untuk November sehingga bea ekspor tetap berada di level 10%.
Sumber : investor.id
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()