- Sinyal dovish The Fed: Gubernur The Fed Christopher Waller mendukung pemangkasan suku bunga acuan 25 bps pada akhir Oktober 2025, di tengah tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja AS.
- Rupiah berpeluang menguat: Meski dibuka melemah ke level Rp16.593 per dolar AS, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.500-Rp16.600 per dolar AS dengan potensi penguatan akibat tekanan terhadap dolar AS.
- Faktor eksternal: Dolar AS tertekan oleh sentimen negatif terkait kemungkinan government shutdown dan meningkatnya tensi hubungan dengan China.
Ipotnews - Kurs rupiah berpeluang mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat di akhir pekan, setelah tadi malam Federal Reserve kembali mengeluarkan sinyal pelonggaran kebijakan moneter.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (17/10) pukul 09.10 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan pada level Rp16.593 per dolar AS, posisi tersebut melemah 13 poin atau 0,07% dibandingkan penutupan perdagangan Kamis sore (16/10) di level Rp16.581 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan defisit anggaran AS yang membaik kemungkinan berdampak kecil terhadap kurs rupiah hari ini. "Karena defisit secara tradisi di AS lebih berdampak ke politik. Defisit menurun juga bukan berarti ekonomi yang lebih baik, apalagi penerimaan dari kenaikan tarif yang ditanggung oleh masyarakat AS sendiri," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Di sisi lain, rupiah diperkirakan menguat terhadap dolar AS yg terus tertekan menyusul beberapa pejabat the Fed yang kembali bernada dovish. Shutdown dan tensi dengan China juga ikut menekan dolar AS.
"Kurs rupiah hari ini diperkirakan di kisaran Rp16.500 - Rp16.600 per dolar AS," ujar Lukman.
Gubernur Federal Reserve Christopher Waller menyatakan mendukung langkah pemangkasan suku bunga acuan tambahan pada akhir bulan ini, di tengah tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS).
"Berdasarkan seluruh data pasar tenaga kerja yang kami miliki, saya percaya Komite Kebijakan Federal Reserve ( FOMC ) seharusnya memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin lagi pada akhir Oktober," ujar Waller dalam pidatonya di Council on Foreign Relations yang dikutip dari Reuters, Jumat ini.
Menurutnya, keputusan selanjutnya akan bergantung pada data ekonomi ke depan. Waller mengatakan, dirinya akan melihat bagaimana data pertumbuhan ekonomi (PDB) yang solid dapat dipadukan dengan pelemahan di pasar tenaga kerja.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()