JAKARTA, investor.id -Kurs rupiah (IDR) ditutup menguat 15 poin terhadap dolar AS (USD) pada perdagangan hari Senin (20/10), setelah sebelumnya sempat menguat 10 poin di level Rp 16.575 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.589.
Namun,pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi memproyeksi rupiah akan mengalami koreksi pada Selasa besok (21/10/2025).
Sedangkan untuk perdagangan Selasa besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.570 - Rp 16.600," ungkap Ibrahim dalam keterangan tertulis, Senin (20/10/2025).
Penguatan rupiah terjadi meskiPresiden AS Donald Trump melontarkan pernyataan terkait keraguannya atas perang dagang yang berkepanjangan dengan China. Namun, Menteri Keuangan AS Scott Bessent memastikanperundingan isu perdagangan dengan para pejabat China akan berlangsung minggu ini.
"Meningkatnya kekhawatiran terhadap perekonomian AS, di tengah penutupan pemerintah yang sedang berlangsung, serta spekulasi akan adanya penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve, sebagian besar membuat dolar kembali menguat," ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis, Senin (20/10/2025).
Di sisi geopolitik, proyeksi rupiah juga melihat sentimen upaya AS untuk menengahi gencatan senjata dalam konflik Rusia-Ukraina di Eropa Timur. Dilaporkan, Trump telah mendesak Zelensky untuk menyerahkan wilayahnya kepada Moskow, dan juga menolak bantuan militer lebih lanjut untuk Kyiv.
Sementara itu, di sisi kebijakan moneter AS,rupiah dipengaruhi pernyataan Alberto Musalem dari The Fed St. Louis mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan bulan Oktober, tetapi tetap berkomitmen penuh untuk mencapai target inflasi 2%.
Sebelumnya, Gubernur The Fed Christopher Waller menyoroti komentar Musalem, sementara Neel Kashkari dari The Fed Minneapolis mengatakan bahwa ekonomi tidak melambat separah yang diperkirakan.
Rupiah juga diperkirakan melemah meski Pemerintah telah mengumumkan tambahan anggaran untuk program Bantuan Langsung Tunai Kesejahteraan Rakyat ( BLT Kesra ) senilai Rp 30 triliun, yang akan diberikan kepada 35 juta keluarga pada Oktober sampai Desember 2025.
Pasalnya, kebijakan BLT tersebut dinilai belum akan berdampak signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.
"Program berbasis konsumsi seperti BLT hanya memberikan dorongan jangka pendek. Untuk memperkuat ekonomi secara berkelanjutan, pemerintah perlu memperbesar porsi kebijakan yang mendorong ekspor, investasi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia," imbuh Ibrahim.
Sumber : investor.id
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
        喜欢的话,赞赏支持一下
        



加载失败()