- Harga CPO diperkirakan tetap di atas 4.400 ringgit per ton hingga 2026, didukung permintaan biodiesel dan ketidakpastian stok ekspor.
- Pasokan soyoil global diprediksi turun tajam karena lonjakan permintaan domestik untuk biofuel, khususnya di AS dan Brasil.
- Sentimen pasar tetap hati-hati akibat harga minyak mentah lemah, stok minyak nabati tinggi di China dan India, serta ketegangan dagang AS-China.
Ipotnews - Malaysian Palm Oil Council ( MPOC ) memperkirakan harga minyak sawit mentah (CPO) akan bertahan stabil di atas 4.400 ringgit (USD1.042) per ton metrik hingga 2026.
Proyeksi ini didorong oleh permintaan global terhadap biodiesel serta ketidakpastian atas ketersediaan stok minyak sawit untuk ekspor, demikian laporan Reuters, di Kuala Lumpur, Selasa (21/10).
Dalam pernyataan resminya, hari ini, MPOC menyebut penguatan harga juga dipicu oleh pengetatan pasokan minyak kedelai (soyoil) dari Argentina, dan kekhawatiran dampak dari implementasi mandat biodiesel B50 di Indonesia terhadap stok ekspor. Faktor tersebut dinilai akan menopang harga sawit di tengah ketidakpastian global.
Meski demikian, MPOC mencatat sentimen pasar tetap berhati-hati karena sejumlah risiko yang membayangi, antara lain harga minyak mentah global yang masih lemah, tingginya stok minyak nabati (vegetable oil) di pasar utama seperti China dan India, ketegangan dagang yang masih berlangsung antara Amerika Serikat dan China, serta akumulasi stok kedelai di AS.
MPOC mengungkapkan, sejak musim panen dimulai bulan lalu, stok kedelai AS terus meningkat. Hal itu terjadi karena China menangguhkan impor kedelai dari AS sejak Mei, dan kini mengalihkan pembelian ke negara-negara Amerika Selatan.
Kendati Amerika Serikat diperkirakan mengalami peningkatan aktivitas pengolahan kedelai di dalam negeri dan konsumsi soyoil melalui kebijakan biofuel 45Z yang mulai berlaku pada 2026, MPOC menilai langkah tersebut tidak cukup untuk mengimbangi penurunan tajam ekspor ke China.
"Kebijakan tersebut memang memprioritaskan penggunaan bahan baku domestik, namun dampaknya dinilai masih terbatas terhadap pasar ekspor," kata MPOC .
Lebih lanjut, MPOC memperingatkan, permintaan global terhadap minyak nabati pada musim mendatang akan sangat bergantung pada minyak bunga matahari.
Pasokan soyoil yang dapat diekspor dari AS dan Brasil diperkirakan merosot, dari 2,7 juta ton pada tahun 2024/2025 menjadi hanya 1,6 juta ton pada 2025/2026, seiring meningkatnya kebutuhan dalam negeri untuk biofuel.
Sementara itu, harga CPO kembali mencatatkan premi atas soyoil di pasar global, setelah sebelumnya sempat berada di posisi diskon dari April hingga September. Pada pertengahan Oktober, harga CPO tercatat USD42 per ton lebih tinggi dari minyak kedelai di pasar Eropa dan USD26 lebih tinggi di pasar India. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()