- Dolar AS melemah terhadap yen setelah harga emas rebound 0,45% akibat aksi penyeimbangan portofolio; sebelumnya, emas sempat anjlok dan kini dinilai telah melampaui fundamental.
- Ketidakpastian politik AS terkait penutupan pemerintahan dan prospek pemangkasan suku bunga the Fed turut menekan dolar; Indeks DXY turun 0,1% ke 98,84.
- Yen tetap tertekan akibat ekspektasi stimulus fiskal besar Jepang, sementara euro, dolar Australia, dan dolar Selandia Baru masing-masing menguat versus greenback.
Ipotnews -- Dolar AS melemah, Rabu, setelah sempat menyentuh posisi tertingginya terhadap yen Jepang dalam sepekan terakhir. Depresiasi ini dipicu penguatan kembali harga emas yang mendorong aksi penyeimbangan portofolio pada aset safe-haven.
Harga emas spot menguat 0,45% menjadi USD4.143,64 per ons pada pukul 13.30 WIB, setelah sehari sebelumnya mencatatkan kejatuhan harian terbesar dalam lima tahun terakhir, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Rabu (22/10).
Meski demikian, harga emas sempat anjlok ke posisi terendah dalam sepekan di USD4.003,39 pada sesi pagi, mengikis momentum reli terbaik logam mulia tersebut dalam hampir setengah abad.
"Apa yang naik pasti akan turun. Pasar emas naik secara parabola, dan pada titik tertentu memang akan mengalami koreksi," kata Alex Hill, Managing Director Electus Financial Ltd yang berbasis di Auckland.
Kenaikan harga emas sejak awal tahun ini didorong oleh ekspektasi bahwa kebijakan ekonomi yang tidak ortodoks dari Presiden AS Donald Trump--termasuk serangan terhadap independensi Federal Reserve--dapat melemahkan posisi dolar sebagai mata uang cadangan global. Kondisi ini mendorong sejumlah bank sentral untuk melakukan diversifikasi aset ke logam mulia.
Namun, analis memperingatkan bahwa reli harga emas telah melampaui fundamental. Dalam catatan risetnya, Citi menyebut harga emas sudah berada pada level yang terlalu tinggi dan rentan terkoreksi.
"Harga emas sudah mendahului narasi soal 'devaluasi' dolar," tulis Citi. "Kami sudah memperingatkan bahwa level harga saat ini kerap dikaitkan dengan koreksi, dan karena itu kami mengurangi posisi beli kami."
Dolar AS terakhir diperdagangkan 0,1% lebih rendah pada posisi 151,74 yen, setelah rilis data menunjukkan ekspor Jepang meningkat sepanjang September--untuk kali pertama dalam lima bulan terakhir.
Di tengah tekanan inflasi, Perdana Menteri Jepang yang baru, Sanae Takaichi, tengah menyusun paket stimulus ekonomi yang diperkirakan melebihi anggaran tahun lalu sebesar 13,9 triliun yen (USD92,19 miliar), menurut sumber pemerintah yang dikutip Reuters.
Selama Oktober, yen anjlok sekitar 2,6% terhadap dolar, mencatatkan penurunan bulanan terbesar sejak Juli. Pelemahan ini dipicu ekspektasi kebijakan fiskal ekspansif serta potensi ketegangan antara pemerintah dan bank sentral akan terus membebani mata uang Jepang itu.
Di tengah meningkatnya volatilitas pasar--dari aset kripto, saham perbankan regional Amerika, hingga emas--dolar AS relatif stabil dalam beberapa pekan terakhir.
"Kita melihat lonjakan volatilitas," kata Tony Sycamore, analis IG Sydney. "Banyak kelas aset sudah sangat ramai diposisikan, sehingga wajar terjadi gejolak seperti ini."
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, terakhir berada di posisi 98,84, turun 0,1%, setelah mencatat tiga hari kenaikan beruntun.
Di sisi politik, Presiden Trump, Selasa, menolak permintaan pertemuan dari pemimpin Demokrat untuk membahas penutupan pemerintahan (government shutdown) yang telah berlangsung selama tiga minggu.
Menurut situs prediksi Polymarket, probabilitas pemerintah AS tetap tutup hingga 16 November atau lebih lama mencapai 40%, menunjukkan harapan penyelesaian dalam waktu dekat semakin menipis.
Kebuntuan politik ini berpotensi menyulitkan keputusan Federal Reserve dalam pertemuan 29 Oktober. Meski demikian, mayoritas ekonom dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan bank sentral akan memangkas suku bunga acuan 25 basis poin pekan depan, dan sekali lagi pada Desember.
FedWatch Tool CME Group menunjukkan probabilitas 97,3% untuk pemotongan suku bunga tersebut, sedikit menurun dari 99,4%, hari sebelumnya.
Sementara, euro menguat 0,1% versus dolar AS menjadi USD1,16135, setelah rencana pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin ditunda, menyusul penolakan Moskow atas gencatan senjata segera di Ukraina.
Poundsterling stabil di posisi USD1,33785, menjelang rilis data inflasi Inggris untuk periode September yang dijadwalkan hari ini.
Dolar Australia naik 0,2% jadi USD0,6503, sementara dolar Selandia Baru juga menguat 0,2% ke posisi USD0,5753. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
        喜欢的话,赞赏支持一下
        



加载失败()