- Harga minyak Brent melonjak 3,98% ke USD63,76 per barel dan WTI melambung 4,23% ke USD59,66 per barel, dipicu rencana AS menambah sanksi besar terhadap Rusia.
- Data EIA menunjukkan stok minyak mentah AS turun 961.000 barel, berlawanan dengan perkiraan kenaikan, menandakan permintaan energi masih kuat.
- Sentimen pasar juga didorong isu geopolitik dan perdagangan, termasuk rencana pertemuan AS-China serta kemungkinan India mengurangi impor minyak Rusia.
Ipotnews - Harga minyak kembali menguat tajam, Rabu, melambung lebih dari USD2 per barel, setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengumumkan rencana penambahan sanksi baru terhadap Rusia, yang akan diumumkan dalam waktu dekat.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, melonjak USD2,44 atau 3,98% menjadi USD63,76 per barel pada pukul 02.44 WIB, setelah sebelumnya ditutup melesat USD1,27 atau 2,07% ke posisi USD62,59 per barel, demikian laporan Reuters, di New York, Rabu (22/10) atau Kamis (23/10) pagi WIB.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melejit USD2,42 atau 4,23% menjadi USD59,66 per barel, setelah sebelumnya menguat USD1,26 atau 2,20% jadi USD58,50 per barel.
Bessent mengatakan bahwa sanksi tambahan terhadap Rusia akan diumumkan pada Rabu malam atau Kamis pagi waktu setempat.
"Kami akan mengumumkan peningkatan besar dalam sanksi terhadap Rusia, baik setelah penutupan pasar sore ini atau besok pagi," ujar Bessent di Gedung Putih.
Selain faktor geopolitik, kenaikan harga minyak juga didorong oleh meningkatnya permintaan energi di Amerika.
Laporan dari Energy Information Administration (EIA) AS menunjukkan penurunan stok minyak mentah, bensin, dan distilat pada pekan lalu, seiring aktivitas kilang dan konsumsi bahan bakar yang meningkat.
Stok minyak mentah AS turun 961.000 barel menjadi 422,8 juta barel pada pekan lalu, jauh berlawanan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan 1,2 juta barel.
"Hasil ini sangat mengesankan untuk periode jeda permintaan," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group. "Data tersebut menunjukkan sisi permintaan minyak masih kuat, sementara pasokan tidak menggambarkan adanya kelebihan minyak di Amerika."
Sementara itu, investor juga mencermati perkembangan perundingan dagang antara AS dan China yang dijadwalkan berlangsung pekan ini di Malaysia.
Presiden AS Donald Trump, Senin, mengatakan dirinya berharap dapat mencapai kesepakatan dagang yang adil dengan Presiden China Xi Jinping, yang rencananya akan bertemu dengannya di Korea Selatan pekan depan. Namun, sehari kemudian Trump menambah ketidakpastian dengan menyatakan pertemuan tersebut mungkin tidak jadi terlaksana.
Kekhawatiran terhadap pasokan global juga meningkat setelah pertemuan antara Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin ditunda, serta adanya tekanan dari negara-negara Barat agar pembeli Asia mengurangi impor minyak dari Moskow.
Trump mengungkapkan bahwa ia telah berbicara dengan Perdana Menteri India Narendra Modi, yang memastikan negara tersebut akan membatasi pembelian minyak dari Rusia.
"Harga minyak melesat setelah laporan menunjukkan AS dan India hampir mencapai kesepakatan dagang yang dapat membuat India secara bertahap mengurangi impor minyak Rusia, sehingga berpotensi meningkatkan permintaan terhadap jenis minyak lainnya," kata Soojin Kim, analis MUFG .
Menurut laporan harian Mint , India, kedua negara sedang menyelesaikan kesepakatan dagang yang telah lama tertunda, yang akan menurunkan tarif impor AS terhadap produk India dari 50% menjadi sekitar 15-16%. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()