Greenback Menguat Versus Yen, Investor Nantikan Data Inflasi Amerika

avatar
· 阅读量 13
  • Dolar AS naik 0,38% ke 152,525 yen, didorong sanksi baru AS terhadap Rosneft dan Lukoil yang memicu lonjakan harga minyak serta melemahkan yen.
  • Pasar menanti rilis data inflasi (CPI) AS yang tertunda hingga Jumat, sebagai acuan kebijakan moneter dan penyesuaian biaya hidup oleh Social Security Administration.
  • Yen tertekan faktor domestik, termasuk kenaikan harga minyak dan kebijakan dovish pemerintahan baru Jepang di bawah PM Sanae Takaichi.

Ipotnews - Dolar AS menguat terhadap yen, Kamis, di tengah penantian investor atas rilis data inflasi konsumen (CPI) Amerika Serikat yang tertunda hingga Jumat, dan meningkatnya ketegangan geopolitik akibat sanksi baru Washington terhadap raksasa energi Rusia yang mendorong harga minyak dunia melejit lebih dari 5%.
Terakhir, mata uang Amerika itu tercatat naik 0,38% menjadi 152,525 yen, demikian laporan  Reuters,  di New York, Kamis (23/10) atau Jumat (24/10) pagi WIB.
Sementara, Indeks Dolar AS (Indeks DXY), yang mengukur kinerja greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, bergerak relatif datar di posisi 98,925.
Fokus utama pasar pekan ini tertuju pada publikasi data inflasi yang tetap dijadwalkan terbit meski pemerintahan Amerika masih dalam masa shutdown. Data tersebut penting untuk membantu Social Security Administration (SSA) menentukan penyesuaian biaya hidup untuk 2026.
Meski fokus kebijakan moneter Federal Reserve kini bergeser dari inflasi ke kondisi pasar tenaga kerja Amerika, laporan CPI masih akan diamati secara cermat oleh pelaku pasar.
"Data kali ini akan penting, meski dengan alasan yang sedikit berbeda. The Fed memang sudah tidak sepenuhnya berfokus pada inflasi, tapi angka-angka itu tetap bisa memberi gambaran soal konsumsi dan pertumbuhan ekonomi," ujar Nick Rees, Kepala Analisis Makro Monex Europe.
Sanksi baru Amerika terhadap dua perusahaan minyak raksasa Rusia, Rosneft dan Lukoil, akibat perang di Ukraina, turut menekan yen. Kementerian Keuangan AS menyatakan siap mengambil langkah lanjutan dan mendesak Moskow untuk segera menyetujui gencatan senjata.
Sejumlah sumber perdagangan mengatakan kepada  Reuters  bahwa BUMN energi China menangguhkan pembelian minyak mentah Rusia dari kedua perusahaan tersebut, yang memperkuat lonjakan harga minyak global.
Menurut Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar Bannockburn Capital Markets, pelemahan yen juga disebabkan oleh faktor domestik. "Jepang merupakan importir minyak besar, dan kenaikan harga minyak jelas menjadi tekanan bagi yen," katanya.
Yen sempat mendekati level terendah tujuh bulan di 153,29 per dolar, menyusul terpilihnya Sanae Takaichi sebagai Perdana Menteri Jepang yang dikenal berpandangan dovish dalam kebijakan fiskal dan moneter. Pasar kini menanti rincian paket stimulus ekonomi dari pemerintah baru.
"Aksi beli berdasarkan harapan kebijakan dari pemerintahan Takaichi sudah mereda. Kini pasar menunggu kebijakan konkret dan sejauh mana kebijakan itu realistis," ujar Yutaka Miura, analis Mizuho Securities.
Kenaikan harga minyak juga berdampak pada mata uang Eropa Utara. Krona Norwegia menguat setelah harga minyak naik, dengan dolar AS turun 0,42% menjadi 9,9717 krona, menembus level 10 krona untuk pertama kalinya dalam dua minggu. Euro juga melemah ke 11,568 krona, level terendah satu bulan.
Sementara itu, poundsterling melorot 0,25% menjadi USD1,332, setelah sempat pulih sebagian dari penurunan sesi Rabu akibat data inflasi Inggris yang lebih lemah dari perkiraan, yang meningkatkan spekulasi akan adanya pemangkasan suku bunga tambahan oleh Bank of England tahun ini.
Euro sedikit menguat 0,06% menjadi USD1,162, sedangkan franc Swiss melemah tipis ke 0,7949 per dolar AS setelah Swiss National Bank merilis risalah rapat kebijakan moneternya yang tidak banyak memengaruhi pasar. (Reuters/AI)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest