 
            Pemerintah berencana menerapkan penggunaan campuran biodiesel pada Bahan Bakar Minyak (BBM) solar sebesar 50% atau B50 tahun depan. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan sedang dilakukan uji tes B50 dan sudah hampir selesai.
"Kita juga ke depan di tahun 2025, sudah akan kita masuki untuk dari B40 menjadi B50, dan sekarang tesnya sudah mau final," kata Bahlil dalam Upacara Peringatan Hari Pertambangan dan Energi Ke-80 di Monas, Jakarta, Jumat (24/10/2025).
Bahlil mengapresiasi langkah Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) dalam program B40 yang tengah berjalan. Ia meminta agar tetap konsisten melanjutkan kebijakan energi berbasis biodiesel sebagai hasil olahan Crude Palm Oil (CPO), tanpa mudah dipengaruhi pihak-pihak tertentu, termasuk pengusaha.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang kita masuk ke B50. Harus kita konsisten terus. Jangan mau diatur oleh pengusaha. Pengusaha tidak boleh mengatur negara. Yang mengatur pengusaha adalah negara. Tetapi nggak boleh negara zolim sama pengusaha. Kita membutuhkan pengusaha dan pengusaha juga membutuhkan negara. Di situlah esensi daripada kolaborasi yang baik antara pengusaha dan pemerintah. Negara yang baik adalah negara yang mampu membina pengusahanya," katanya.
| Baca juga: Bauran Energi Terbarukan RI 16%, Terbanyak dari Biogas-Biodiesel | 
Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menilai rencana B50 dapat menimbulkan dampak negatif bagi industri maupun ekosistem pendukungnya.
Kompartemen Hubungan Stakeholders Bidang Sustainability GAPKI, Agam Fatchurrochman mengatakan ini akan mengakibatkan ekspor sawit Indonesia anjlok dan program peremajaan sawit rakyat bakal terhenti.
"Kami di industri sawit ini sebenarnya sudah melihat bahwa dinaikannya dari B40 menjadi B50 ini tidak sehat. Tidak sehat bagi pasar, tidak sehat bagi BPDPKS, ekspor Indonesia akan anjlok dan peremajaan sawit rakyat bisa berhenti dan segalanya," ujar Agam dalam acara dari 'Limbah Menjadi Anugerah' di Jakarta, Rabu (22/10/2025).
Menurut Agam daripada memaksakan peningkatan kadar campuran biodiesel, pemerintah sebaiknya mendorong pengembangan bioenergi menjadi biometana.
Biometana merupakan energi bersih yang dihasilkan dari limbah pertanian, residu industri, dan kotoran ternak. Hal ini dikarenakan pengelolaan limbah produktif yang menekan emisi metana dan meningkatkan ekonomi lokal.
"Jadi lebih baik kalau bisa B40 diturunkan, tetapi yang didorong adalah bioenergi atau biometana ini," kata Agam.
(ara/ara)作者:Heri Purnomo -,文章来源republika_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。



加载失败()