- Rupiah menguat tipis 0,16% ke level Rp16.602 per dolar AS pada Jumat (24/10), didorong oleh sentimen positif dari rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang memicu harapan mencairnya hubungan dagang kedua negara.
- Pelaku pasar menanti rilis data inflasi AS (IHK) September yang menjadi acuan arah kebijakan The Fed, di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin. Sementara itu, Tiongkok meluncurkan rencana ekonomi lima tahun baru yang menekankan kemandirian teknologi dan penguatan manufaktur.
- Dari dalam negeri, likuiditas ekonomi Indonesia (M2) tumbuh 8,0% (yoy) pada September 2025 menjadi Rp9.771,3 triliun, menandakan stabilitas sistem keuangan yang menopang penguatan rupiah di tengah ketidakpastian global.
Ipotnews - Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat pada akhir pekan ini, didorong oleh sentimen positif dari rencana pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang memicu harapan mencairnya hubungan perdagangan dua negara dengan ekonomi terbesar dunia.
Mengutip data Bloomberg, Jumat (24/10) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah akhirnya ditutup pada level Rp16.602 per dolar AS, posisi tersebut menguat 27 poin atau 0,16% dibandingkan akhir perdagangan Kamis sore (23/10) di level Rp16.629 per dolar AS.
Pengamat ekonomi, mata uang, dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa kabar rencana pertemuan kedua pemimpin negara tersebut memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan global, termasuk terhadap mata uang rupiah.
"Gedung Putih pada hari Kamis mengonfirmasi bahwa Presiden Donald Trump akan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan minggu depan, memicu harapan akan mencairnya hubungan perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia," tulis Ibrahim dalam publikasi risetnya, sore ini.
Selain faktor geopolitik, pelaku pasar juga menantikan data indeks harga konsumen (IHK) AS untuk September yang tertunda perilisannya akibat penutupan pemerintahan. Data ini menjadi indikator penting bagi arah kebijakan Federal Reserve (The Fed), yang diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan minggu depan.
Namun di sisi lain, tensi geopolitik tetap tinggi setelah AS mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia, menargetkan perusahaan energi besar Rosneft dan Lukoil untuk menekan pendapatan minyak Moskow.
Sementara itu, Partai Komunis Tiongkok meluncurkan rencana ekonomi lima tahun baru yang menekankan manufaktur canggih, kemandirian teknologi, dan permintaan domestik yang lebih kuat. Kerangka kebijakan tersebut memperkuat optimisme pelaku pasar bahwa Tiongkok berkomitmen untuk mempertahankan pertumbuhan melalui reformasi struktural dan inovasi.
Dari dalam negeri, rupiah turut ditopang oleh fundamental ekonomi yang solid. Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh 8,0% (yoy) pada September 2025 menjadi Rp9.771,3 triliun, meningkat dari pertumbuhan 7,6% (yoy) pada Agustus 2025.
Pertumbuhan M2 ini didorong oleh kenaikan uang beredar sempit (M1) sebesar 10,7% (yoy), serta uang kuasi yang naik 6,2% (yoy). Sementara itu, aktiva luar negeri bersih tumbuh 12,6% (yoy), penyaluran kredit meningkat 7,2% (yoy), dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat naik 6,5% (yoy).
Menurut Ibrahim, data tersebut menunjukkan stabilitas likuiditas domestik yang baik, sehingga memperkuat posisi rupiah di tengah fluktuasi global.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 27 poin, setelah sebelumnya sempat melemah 8 poin, dilevel Rp16.602 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.629. Sedangkan untuk perdagangan Senin besok, mata uang rupiah kemungkunan fluktuatif, namun ditutup melemah dalam rentang Rp16.600 - Rp16.650 per dolar AS," sebut Ibrahim.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下


加载失败()