Gangguan Produksi Dorong Kekhawatiran Defisit Pasokan Tembaga Tahun Depan

• Produksi tembaga global menurun akibat gangguan di tambang utama, memicu proyeksi defisit 150.000 ton pada 2026, setelah surplus dua tahun berturut-turut.
• Pertumbuhan pasokan terbatas oleh ketersediaan konsentrat, meski kapasitas peleburan baru di China meningkatkan produksi olahan tahun ini.
• Harga tembaga sudah mencerminkan ekspektasi defisit masa depan, sementara stok global saat ini masih berfungsi sebagai bantalan sementara.

Ipotnews -- Industri tembaga global menghadapi tahun yang penuh tantangan setelah serangkaian gangguan produksi di tambang utama dunia, menimbulkan kekhawatiran defisit pasokan yang lebih nyata pada 2026.
Menurut laporan terbaru International Copper Study Group ( ICSG ), beberapa tambang tembaga terbesar dunia mengalami penurunan produksi tak terduga, yang diperkirakan berdampak signifikan pada pertumbuhan produksi tembaga olahan tahun depan, demikian laporan  Reuters,  di London, Senin (27/10).
"Ketatnya pasokan konsentrat tambang akan menjadi penghambat utama pertumbuhan produksi tembaga olahan di 2026," kata ICSG dalam update statistik biannual mereka.
Meski pertumbuhan permintaan diperkirakan melambat, produksi tembaga diproyeksikan kekurangan 150.000 ton. Angka ini merupakan revisi tajam dari pertemuan ICSG sebelumnya pada April, ketika surplus pasokan 209.000 ton masih diperkirakan.
Menurut Andy Home, kolumnis Reuters, kondisi operasi di banyak tambang tembaga yang terpencil dan menantang membuat gangguan tak terduga menjadi risiko yang melekat. Namun tahun ini muncul sebagai anomali negatif, dengan sejumlah kecelakaan, seperti di tambang Kakula, milik Ivanhoe Mines, yang terdampak aktivitas seismik dan banjir pada Mei.
Selanjutnya, El Teniente, Codelco, Chile, terjadi runtuh fatal pada Juli dan Grasberg, Freeport-McMoRan, terendam lumpur pada September.
Akibatnya, ICSG memangkas proyeksi pertumbuhan pasokan tambang 2025 menjadi 1,4%, turun dari perkiraan sebelumnya 2,3% dan pertumbuhan aktual 2,8% pada 2024. Beberapa analis bahkan memperkirakan pertumbuhan nol atau sangat minimal tahun ini.
Kehilangan unit produksi tambang tidak langsung terasa di pasar tembaga olahan. ICSG justru meningkatkan proyeksi pertumbuhan produksi logam tahun ini menjadi 3,4% dari 2,9%, seiring lonjakan kapasitas peleburan baru di China.
Namun, pertumbuhan tahun depan diperkirakan melambat menjadi 0,9%, terbatas oleh ketersediaan konsentrat tambang. Produksi dari sumber daur ulang diperkirakan melonjak 6%, sementara produksi langsung dari tambang dengan teknologi leaching naik 2,2%. Sementara itu, produksi primer di peleburan yang menggunakan konsentrat kemungkinan nyaris tidak tumbuh sama sekali.
"Ketidakseimbangan antara ketersediaan bahan baku dan permintaan peleburan akan memperketat persaingan untuk konsentrat tembaga," kata ICSG .
Defisit Tahun Depan
Meski pertumbuhan permintaan hanya 2,1% pada 2026, ICSG memperkirakan pasar tembaga akan mencatat defisit pasokan setelah dua tahun surplus berturut-turut.
Tahun ini masih menjadi tahun surplus, meski dipangkas menjadi 178.000 ton, turun dari 289.000 ton pada April. Sebagian besar surplus berada di Amerika Serikat akibat insentif dari ancaman tarif impor tembaga olahan yang ditunda hingga tahun depan.
Stok tembaga yang tercatat di CME Amerika, tutur Home, kini melebihi gabungan stok di London Metal Exchange dan Shanghai Futures Exchange. Total stok bursa global meningkat 120.000 ton sejak awal tahun, dengan kemungkinan adanya tembaga tambahan yang tersimpan di gudang non-bursa AS.
Home mengatakan surplus stok saat ini berfungsi sebagai bantalan terhadap ekspektasi pasar yang optimistis. Namun, harga berjangka (futures) sudah memperhitungkan ekspektasi masa depan.
Harga tembaga tiga bulan di LME, yang saat ini sedikit di bawah USD11.000 per ton, berlaku untuk pengiriman Januari 2026. Tahun depan diyakini menjadi saat pasar benar-benar merasakan dampak gangguan produksi tambang tahun ini. (Reuters/AI)

Sumber : Admin